Selasa 29 Nov 2016 14:00 WIB

Cicit Twitter Bana dari Aleppo

Red:

Mari berkenalan dengan Bana Alabed. Gadis kecil berusia tujuh tahun ini sesekali mencicit lewat Twitter-nya, @AlabedBana. Bersama bonekanya, ia terkadang menyampaikan pesan kepada dunia.

Beberapa waktu lalu, BBC menuliskan bahwa Bana mengunggah fotonya di Twitter pada September, duduk di meja dengan buku dan bonekanya. Ia menuliskan, "Selamat siang dari Aleppo. Saya membaca untuk melupakan perang."

Bana sering menulis di Twitter dengan menggunakan bahasa Inggris dibantu ibunya, Fatemah. Dalam sebuah foto di Twitter, Bana bersama saudara-saudara laki-lakinya Mohammed (5 tahun) dan Noor (3 tahun). Dalam Twitter-nya ia menuliskan, "Menggambar bersama adik laki-laki saya sebelum pesawat datang. Kami membutuhkan suasana damai untuk menggambar."

Sebuah video menunjukkan mereka bertiga bersama di dalam kamar. "Kami akan hidup bersama selamanya," ujar Bana kemudian tertawa dan memeluk adik-adiknya.

Saat ini Rusia dan Suriah terus-menerus mengebom timur Aleppo selama berminggu-minggu. Mereka ingin merebut kota tersebut dari kelompok oposisi.

Ibu Bana, Fatemah, mengatakan, Bana hanya ingin suaranya didengar oleh dunia. "Ia juga bertanya kepada saya, mengapa tak ada yang menolongnya."

Beberapa gambar yang diunggah Bana di Twitter sangat mengerikan. Ia mengekspose terlalu banyak. Fatemah mengatakan, Bana melihat apa pun di sini.

"Ia melihat temannya terbunuh dan melihat rumah kami dibom. Ia juga melihat sekolahnya dibom. Ini semua sangat memengaruhinya," ujar Fatimah dalam artikel BBC, Oktober lalu.

Saat ini listrik tenaga surya memberikan mereka sedikit listrik untuk bertahan hidup. Sinyal internet yang buruk dan servis telepon yang buruk membuat mereka sulit dihubungi.

Twitter Bana mendapatkan perhatian publik baik yang mendukungnya maupun yang mengecamnya. Seorang pengecam mengatakan, mengherankan ada seorang gadis kecil Suriah bisa menulis di Twitter dengan bahasa Inggris yang sangat bagus. Ia mempertanyakan keaslian Twitter Bana dan menudingnya sebagai akun propaganda.

Ayah Bana merupakan seorang pengacara yang bekerja di lembaga hukum di Kota Aleppo. Sedangkan, Fatemah belajar bahasa Inggris selama tiga tahun di institut bahasa di Suriah. Ia juga kuliah jurusan hukum di universitas.

Bana ingin menjadi guru bahasa Inggris seperti ibunya jika telah dewasa nanti. Fatemah mengaku mengajarkan bahasa Inggris kepada Bana sejak ia berusia empat tahun. Ia merasa sedih jika akun anaknya dituding sebagai akun palsu dan propaganda.

Saya, kata Fatemah, bukan bagian dari organisasi untuk mencari sumbangan. "Saya juga tak mendapat bantuan dari organisasi media."

Namun, ia memang mendapatkan pelatihan jurnalistik dan politik saat belajar di universitas. Ia tahu caranya bagaimana membuat pesan tersampaikan ke dunia.

Saat dihubungi BBC, Fatemah mengatakan, pesawat-pesawat sedang melintas di atasnya dan sangat berisik. Mereka akan menjatuhkan bom tanpa ampun.

"Kami bukan teroris, kami bukan ISIS. Kami hanya orang-orang tak berdosa di sini," ujarnya.

Di akun Twitter-nya yang terakhir saat artikel ini ditulis menyebutkan, "Sekarang di bawah pengeboman besar-besaran. Antara hidup dan mati, mohon doakan kami. #Aleppo."

Saat berita ini ditulis, entah bagaimana nasib Bana dan keluarganya.      Oleh Dyah Ratna Meta Novia, ed: Yeyen Rostiyani

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement