Ahad 30 Oct 2016 17:00 WIB

Tertangkapnya Sang Gadis Sampul

Red:

Pada 1985, Sharbat Gula menjadi perbincangan dunia. Saat itu, gadis Afghanistan bermata hijau tersebut tampil di sampul depan majalah National Geographic dengan tatapan tajam ke arah lensa kamera.

Sharbat difoto di kamp pengungsi Nasir Bagh, Pakistan, ketika Afghanistan diserbu oleh Uni Soviet. Saat gambar diambil, Sharbat berusia 12 tahun dan seketika dia menjadi simbol perang Afghanistan.

Tiga puluh satu tahun setelah ketenarannya di majalah itu, Sharbat kembali membuat berita. Ia tertangkap otoritas Pakistan di Peshawar karena diduga menggunakan dokumen dan identitas palsu.

Seorang jurnalis Pakistan, Arshad Yusufzai, mengatakan, Sharbat yang kini berusia 43 tahun ditahan setelah polisi menggerebek rumahnya pada Selasa (25/10) lalu. Secara dokumen, keberadaannya di Pakistan dinilai ilegal.

Sharbat menghadapi tuntutan 14 tahun penjara dan denda sebesar 5.000 dolar AS atau sekitar Rp 65 juta jika terbukti bersalah. Dia didakwa melanggar KUHP Pakistan. Tiga pejabat dari Otoritas Registrasi dan Pusat Data Nasional (Nadra) Pakistan juga diskors karena mengeluarkan identitas ilegal untuk Sharbat. Tahun lalu, Nadra mengeluarkan tiga kartu kependudukan untuk Sharbat dan dua orang yang mengaku anaknya dan prosedur tersebut telah melanggar aturan Nadra.

Asisten Direktur Federal Investigation Authority (FIA) Pakistan, Shahid Ilyas, mengatakan, penangkapan Sharbat merupakan bagian dari operasi penangkapan warga luar Pakistan yang mengantongi dokumen palsu. Kami yakin Sharbat memperoleh kartu palsu pada 1988 dan kartu yang dikomputerisasi pada 2014, kata dia, dikutip dari Newsweek.

Fotografer majalah National Geographic, Steve McCurry, yang mengambil foto Sharbat pada 1985, mengatakan, ia akan melakukan apa saja untuk membantu Sharbat dan keluarganya. McCurry menekankan, ada tindakan keras oleh otoritas yang berwenang.

Dia telah menderita di sepanjang hidupnya dan kami percaya penangkapannya adalah pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, ujar McCurry. Setelah pencarian selama 17 tahun, McCurry berhasil melacak Sharbat pada 2002 di sebuah desa terpencil di Afghanistan. Dia menikah dengan seorang tukang roti dan menjadi ibu dari tiga anak perempuan.

Sharbat adalah salah satu dari ribuan pengungsi Afghanistan yang berhasil menghindari sistem komputerisasi untuk mendapatkan kartu identitas pada 2014.

Berita penangkapan Sharbat muncul setelah Pakistan mengintensifkan pemeriksaan terhadap pengungsi Afghanistan. Sejak perang Uni Soviet-Afghanistan pada 1980-an, lebih dari tiga juta warga Afghanistan menyeberangi perbatasan Pakistan.

PBB mengatakan, sekitar 370 ribu pengungsi telah dipulangkan ke Afghanistan. Sisanya meninggalkan Pakistan atas kemauan sendiri karena tidak memiliki surat-surat resmi. Meski demikian, PBB memperkirakan masih ada 1,5 juta warga Afghanistan yang tinggal di Pakistan saat ini. Setelah insiden pembantaian di sekolah Peshawar pada 2014, Pemerintah Pakistan menaruh kecurigaan lebih besar terhadap pengungsi Afghanistan dan berusaha menindak mereka.

Menurut New York Times, situasi menegangkan ini semakin meningkat pada Mei lalu. Saat itu terjadi pembunuhan mantan pemimpin Taliban, Mullah Akhtar Muhammad Mansour, di Provinsi Baluchistan. Nadra menyatakan, sampai saat ini pihaknya telah memindai 91 juta kartu identitas. Sebanyak 60.675 di antaranya dinyatakan palsu.      Oleh Fira Nursya’bani, ed: Setyanavidita Livikacansera

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement