Selasa 25 Oct 2016 14:00 WIB

Clinton Unggul 12 Poin dari Trump

Red:

WASHINGTON -- Jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh beberapa media menunjukkan calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, unggul dari lawannya, Donald Trump. Berdasarkan survei dari ABC News, ia memiliki 12 poin di atas calon presiden AS dari Partai Republik. Dengan kata lain, perolehan Clinton telah mencapai 50 persen dalam suara pemilihan nasional.

Hasil dari survei terbaru lainnya dari ABC News juga mengatakan keunggulan 20 poin dimiliki Clinton dari banyak pemilih perempuan. Bagi pemilih laki-laki, istri dari Bill Clinton itu juga mendapatkan keuntungan sekitar tiga poin lebih tinggi dari Trump.

Perempuan berusia 68 itu juga memimpin di antara para pemilih dari semua tingkatan pendidikan. Namun, ia hanya mendapatkan keuntungan kecil di antara pemilih tanpa gelar di perguruan tinggi. Sementara, berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan CNN, Clinton mendapatkan sekitar 48 persen suara, sementara Trump 39 persen.

Meski tetap berada di belakang Clinton, Trump tetap memiliki banyak pemilih dari kalangan kulit putih, baik golongan berpendidikan tinggi hingga nonperguruan tinggi sebesar 36 persen.

Dari survei terakhir yang dilakukan ABC News pada 20 hingga 22 Oktober lalu, terdapat kecenderungan Clinton unggul meski dengan selisih cukup tipis. Dari 874 pemilih yang mengikuti jajak pendapat, dirinya mendapatkan 3,5 poin lebih tinggi daripada Trump.

Keunggulan Clinton diakui pula oleh tim kampanye Trump. Namun, tim tetap optimistis dapat mengejar dukungan meski waktu penghitungan suara akan berlangsung dalam dua minggu mendatang.

"Kami tidak akan menyerah. Trump tetap memiliki kesempatan dan keuntungan, dengan kata lain tetap bisa memenangi pemilu," ujar pernyataan tim kampanye Trump, dilansir BBC, Senin (24/10).

Miliarder itu juga sempat membuat pernyataan bahwa dirinya mungkin kalah dalam pemilu AS yang digelar 8 November nanti. Jajak pendapat yang dibuat baru-baru ini menunjukkan, Clinton tetap unggul secara keseluruhan, termasuk di beberapa negara bagian yang didominasi Partai Republik, seperti Utah dan Arizona yang sebelumnya disebut sebagai kubu Partai Republik.

Manajer kampanye Trump, Robbie Mook, mengakui, banyak orang di AS yang berubah. Meski begitu, pemilu kali ini dipastikan menjadi yang terbesar dalam sejarah Negeri Paman Sam.

"Ini akan menjadi pemilihan terbesar dalam sejarah AS. Meski banyak orang yang akan berubah dari sebelumnya, kami optimistis," jelas Mook.

Pecundang sakit

Dalam kampanye pada Ahad, Clinton menyebut Trump seorang pecundang sakit. Komentarnya itu merujuk pada argumen Trump soal kredibilitas pemilu AS. Dalam debat terakhir mereka pekan lalu, Trump tidak mau berkomitmen pada hasil pemilu 8 November.

"Mengatakan Anda tidak ingin menghormati hasil pemilu adalah ancaman langsung pada demokrasi kita," kata Clinton dalam kampanyenya di Universitas North Carolina, Charlotte.

Mantan ibu negara ini mengatakan, transfer kekuasaan dengan damai adalah satu hal penting di Amerika. "Dan lihat, sejumlah orang adalah pecundang sakit, dan kita harus tetap lanjut," tambah Clinton.

Dalam kunjungannya ke North Carolina, mantan menlu AS ini mendesak pendukungnya untuk berpartisipasi dalam pemungutan suara awal. Mulai hari ini hingga 5 November, penduduk bisa memberikan suara dini tersebut di tempat masing-masing.

Pada Ahad, Trump menghabiskan waktunya kampanye di Naples, Florida. Ia meminta penduduk memilih untuknya dan anggota Republik yang maju di Kongres.

Menanggapi komentar Trump soal kredibilitas pemilu, Ketua Partai Republik Reince Priebus mengatakan, miliarder AS itu tidak mempersengketakan pemilu yang adil. "Ini tidak seperti yang ia katakan, ia hanya ingin menjabarkan semua opsi dan apakah ada peluang untuk mengulang pemungutan suara," kata Priebus pada CBS. Putra Trump, Eric, juga mengatakan, ayahnya akan 100 persen menerima hasil pemilu asalkan dilaksanakan secara adil.

"Saya pikir maksud dia adalah 'saya ingin pemilu yang adil'," kata Eric kepada ABC. Menurut dia, jika pemilu terbukti adil, ia tidak akan mempertanyakan hal itu.      rep: Puti Almas, Lida Puspaningtyas/reuters, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement