Senin 24 Oct 2016 12:00 WIB

Perompak Somalia Bebaskan Sandera Asia

Red:

MOGADISHU — Setelah ditawan hampir lima tahun, perompak Somalia menyatakan telah membebaskan 26 tawanan asal Asia, Sabtu (22/10). Pembebasan tersebut dilakukan setelah tebusan yang mereka tuntut konon telah dibayarkan.

Bile Hussein, salah satu perompak, menyatakan, para tawanan tersebut adalah awak kalal FV Naham 3, kapal ikan milik Taiwan yang dibajak pada Maret 2012 silam. Kapal ikan tersebut tenggelam setelah insiden pembajakan terjadi. Hussein menyebutkan, tebusan sebesar 1,5 juta dolar AS telah dibayarkan demi kebebasan para tawanan. Tetapi, pernyataan Hussein tersebut masih diragukan kebenarannya.

John Steed, koordinator dari lembaga yang membantu pembebasan sandera, menyebutkan, 26 tawanan yang di antaranya berasal dari Vietnam, Taiwan, Kamboja, Indonesia, Cina, dan Filipina tersebut telah aman di tangan pihak berwenang Galmudug. Mereka dibawa dengan menggunakan pesawat kemanusiaan PBB untuk kemudian akan dipulangkan kembali ke negara masing-masing.

"Kami dengan bangga menyatakan pembebasan awak kapal Naham 3 pagi ini," ujar Steed, manajer wilayah Afrika Timur dari lembaga Oceans Beyond Piracy. "Para awak kapal saat ini bermalam di Galkayo. Mereka akan tiba di Nairobi pada pukul 18.30 waktu setempat besok."

Pernyataan Steed tersebut disertai dengan foto bertanggal 14 Agustus yang menampilkan para awak kapal yang kurus dan kumal dalam posisi berdiri atau jongkok bersama yang menjadi bukti bahwa mereka masih hidup. Steed menyatakan, hanya ada satu kelompok sandera lain yang ditawan lebih lama dari kelompok tersebut. Mereka diperkirakan telah ditawan sekitar 1.672 hari.

"Mereka dilaporkan dalam kondisi baik mengingat siksaan yang mereka hadapi. Tetapi, mereka semua mengalami kekurangan gizi. Empat di antaranya telah mendapatkan penanganan medis dari dokter di Galkayo. Mereka menghabiskan sekitar 4,5 tahun dalam kondisi yang sangat menyedihkan dan jauh dari keluarga," ujar Steed.

Secara keseluruhan, ada 29 awak kapal yang disandera saat insiden pembajakan terjadi. Tetapi, Steed menyebutkan, satu awak kapal tewas dalam aksi pembajakan itu dan dua lainnya tewas akibat sakit ketika penawanan berlangsung.

Para sandera ditawan di Dabagala, tak jauh dari Kota Harardheere, sekitar 400 kilometer timur laut Mogadishu. Kota Harardheere dikenal menjadi basis utama perompak Somalia. Kelompok Oceans Beyond Piracy juga menyebutkan, para sandera tersebut dibawa oleh para perompak ketika kapal mereka tenggelam lebih dari setahun setelah peristiwa pembajakan kapal tersebut.

Aksi perompakan di kawasan laut Somalia telah lama menjadi ancaman serupa bagi industri perkapalan global. Meski begitu, angka serangan telah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir setelah kapal-kapal yang beroperasi mulai membawa pasukan bersenjata. Selain itu, pasukan keamanan laut Uni Eropa pun meningkatkan frekuensi patroli. Sejak 2012, tidak ada kapal komersial yang berhasil diserang. Tetapi, ujar Steed, ancaman perompakan tersebut tetap ada.

Gelombang serangan perompak tersebut telah menimbulkan kerugian hingga miliaran dolar yang berdampak pada perkembangan industri perkapalan dunia. Ini terutama dipicu oleh aksi pembajakan yang melumpuhkan jalur pelayaran kapal, penculikan ratusan awak kapal, dan penangkapan kapal yang terjadi dalam radius lebih dari 2.000 kilometer dari garis pantai Somalia.

Mayoritas sandera perompak Somalia adalah para awak kapal dagang. Tetapi, ada pula segelintir keluarga asal Eropa yang berhasil diculik dari kapal pesiar mereka ketika berwisata di perairan rawan Samudra Hindia.

Oleh Endah Hapsari/reuters/ap

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement