Ahad 23 Oct 2016 15:00 WIB

Suriah Dinyatakan Bersalah Atas Serangan Senjata Kimia 2015

Red:

NEW YORK--  Pasukan Pemerintah Suriah dinyatakan bersalah atas serangan senjata kimia yang diduga dilakukan ketiga kalinya pada Maret 2015. Pernyataan itu ditemukan dalam sebuah laporan rahasia kepada Dewan Keamanan PBB baru-baru ini.

Dalam laporan itu juga disebutkan serangan senjata kimia dilakukan dengan menjatuhkan gas klorin dari atas helikopter di Provinsi Idlib. Sebelumnya, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) juga menyalahkan Pemerintah Suriah untuk penggunaan senjata serupa pada tahun yang sama. Selain itu, laporan juga menye butkan helikopter yang menjatuhkan gas klorin terbang dari dua pangkalan udara.

Unit helikopter yang digunakan adalah skuadron 253 dan 255, bagian dari brigade helikopter ke-63 milik pasukan militer Suriah. Pemerintah Suriah pernah menyatakan setuju untuk menghancurkan senjata kimia pada 2013. Hal itu dibica rakan dalam perjanjian antara Rusia dan Amerika Serikat (AS).

Dewan Keamanan PBB yang mendukung perjanjian itu menga takan, jika Suriah melanggar ketentuan di dalamnya maka negara itu harus menghadapi sanksi atau tindakan militer. Aturan ditetapkan dalam Bab 7 Piagam PBB.

Penggunaan klorin sebagai senjata telah dilarang sejak 1997. Diatur dalam Konvensi Senjata Kimia, Suriah pun ikut bergabung pada 2013. Sementara itu, gencatan senjata secara sepihak di Aleppo diumumkan oleh Rusia untuk empat hari berturuttu rut.

Memasuki hari ketiga, Sabtu (22/10), kota di wilayah utara Suriah itu terlihat sangat tenang. Tidak ada serangan udara yang diluncurkan, khususnya di wilayah timur Aleppo. Selama konflik berlangsung lebih dari lima tahun, wilayah itu dikuasai oleh kelompok oposisi.

Namun, meski keadaan tenang dan terlihat aman, evakuasi medis serta pengiriman bantuan bagi warga sipil yang terperangkap di dalam Aleppo dilaporkan belum dilakukan. Tentara Suriah yang didukung Rusia juga telah menyerukan warga dan oposisi mening galkan kota melalui jalur koridor yang ditunjuk.

Menurut salah satu kelompok oposisi, hanya sedikit orang yang mencoba meninggalkan rumah mereka. Hal itu, karena mereka khawatir terhadap tembakan dan serangan. Tidak ada yang berani melalui koridor yang ditunjuk karena mereka bisa menghadapi tembakan yang mengerikan, ujar seorang kepala oposisi dari kelompok Fastaqim, Zakaria Malahifji.

Ia juga mengatakan, hingga saat ini, bentrokan masih terjadi di beberapa bagian kota. Sebelumnya, Observatorium Suriah melaporkan perang masih terjadi di garis depan wilayah Aleppo.     rep: Puti Almas/reuters, ed: Mansyur Faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement