Sabtu 22 Oct 2016 14:00 WIB

Candaan Patung Liberty dan Penjara Untuk Clinton

Red:

Tawa berderai dari mulut Hillary Clinton. Tawa itu ditujukan atas candaan pesaingnya, Donald Trump.  Setelan berwarna magenta tampak dikenakan Clinton dalam acara makan malam untuk kepentingan amal, Kamis (20/10) malam. Ia terlihat kontras di antara lautan setelan hitam para tamu undangan lain.

Malam itu, kandidat presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, bertukar canda dengan pesaingnya dari Partai Republik, Trump. Namun, candaan keduanya tak lepas dari nuansa politik.

Ketika kedua kandidat memasuki ruangan dan duduk di kursi yang telah disediakan. Trump dan Clinton tidak berjabatan tangan. Tak ada kontak mata antara keduanya. Namun, ketika Trump mendapat giliran tampil di podium, kandidat dari Partai Republik ini menepuk bahu Clinton dengan rasa persahabatan.

Di podium, gurauan Trump ibarat pukulan pahit yang diarahkan kepada Clinton. Tudingan bahwa Clinton 'korupsi' malah mengundang dengungan dari para tamu terhormat.

Dengan semua kata-kata panas antara lawan dan saya dalam debat malam lalu (Rabu malam Red), kami telah membuktikan bahwa kami juga bisa bersikap sopan satu sama lain, kata Trump.

Jadi, jika sebelum duduk di kursi kehormatan lalu Hillary tidak sengaja menabrak saya, lalu ia akan dengan sangat sopan berkata, 'Pardon me', ujar Trump. Dan saya dengan sangat sopan akan membalas, 'Itu akan kita bahas nanti setelah pelantikan saya'.

Trump memainkan makna ganda dari kata pardon. Maknanya dapat berupa permintaan maaf biasa atau secara hukum dapat berupa pengampunan hukum dari presiden, seperti halnya grasi.

Sementara di podium, Clinton memanfaatkan momen itu untuk mengingatkan candaan Trump mengenai penampilan wanita. Dalam sebuah wawancara dengan radio pada 2002, Trump pernah mengatakan bahwa wanita menjadi kehilangan daya tariknya setelah usia 35 tahun.

Donald melihat ke Patung Liberty lalu memberi nilai empat atau lima jika patung itu kehilangan obor atau lempengan yang dibawanya, dan rambutnya berubah (memutih Red), ujar Clinton, mengacu pada Patung Liberty yang menjadi lambang Kota New York.

Omong-omong tentang angka, tahukah Anda angka bagus untuk wanita? 45, kata Clinton. Pemilihan umum presiden AS pada 8 November adalah untuk memilih presiden yang ke-45 dalam sejarah AS.

Saling bertukar gurauan itu terjadi dalam acara Alfred E Smith Memorial Foundation Dinner, yang digelar yayasan amal secara tahunan. Acara itu untuk menggalang dana bagi anak-anak yang membutuhkan. Bertepatan dengan pemilu, acara ini menawarkan kepada kandidat presiden untuk istirahat sejenak dari ketegangan kampanye. Kedua kandidat akan mendapat jatah waktu masing-masing untuk melakukan stand up comedy dan mengejek satu sama lain. Namun, Trump dan Clinton tampaknya malah semakin mengasah taji dalam acara ini, mencerminkan tajamnya persaingan keduanya demi merebut kursi di Gedung Putih.

Clinton tertawa ketika Trump menyebut pidato-pidato Clinton berhonor besar, serta menyindir soal penggunaan e-mail pribadi dalam tugas yang dilakukan Clinton. Namun, Trump mendapat dengungan cemooh ketika ia menyebut Clinton membenci orang Katolik.

Di meja makan, Clinton dan Trump duduk dengan dipisahkan oleh Kardinal Timothy Dolan, uskup Kota New York. Di penutupan acara, kedua kandidat lalu berjabatan tangan. Padahal, dalam debat yang digelar Rabu malam lalu, keduanya tampak saling menghindar.       Oleh Yeyen Rostiyani/reuters 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement