Jumat 21 Oct 2016 14:00 WIB

Trump Ogah Janji Terima Kekalahan

Red:

LAS VEGAS -- Kandidat presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, menolak berkomitmen untuk menerima hasil pemilihan umum (pemilu) jika kalah. Ia tetap mempermasalahkan kemungkinan kecurangan dalam pemilu 8 November nanti.

"Saya akan melihat pada saatnya nanti," jawab Trump, Rabu (19/10) malam waktu AS, ketika moderator debat menanyakan kesediaan Trump untuk menerima hasil pemilu. Rivalnya, kandidat dari Partai Demokrat, Hillary Clinton tampak tertawa dan memberondongnya dengan argumen menyerang. Chris Wallace dari Fox News memandu debat terakhir sebelum pemilu 8 November.

Clinton mengatakan, sikap Trump ini sangat bermasalah. Menurut dia, ketika kalah, Trump akan mengatakan pertarungannya dicurangi. "Kecuali saat ia menang, ia tidak akan mengatakan sistem dicurangi," kata Clinton.

Mantan ibu negara itu mengatakan, pola pikir Trump adalah terus menyalahkan jika tidak menang. Trump membela diri dengan mengatakan ia punya banyak fakta bahwa ada kemungkinan pemilu dicurangi.

Menurut dia, ada data yang menyebut jutaan suara fiktif yang sebenarnya datang dari pemilih yang tidak terdaftar. Ia juga menyoroti pemberitaan media yang tidak berimbang dan tidak jujur. Oleh karena itu, menurut dia, ada kemungkinan pemilu dicurangi.

Clinton menyangkal klaim Trump tersebut. Ia mengatakan, sepanjang sejarah, AS memiliki sistem pemilihan umum yang jujur, adil, dan bebas. Kredibilitas pemilu AS sangat tinggi dan tidak bisa dipatahkan dengan klaim Trump.

Pada akhir debat, Wallace sang moderator memberi kesempatan kepada Clinton dan Trump untuk memberikan sambutan penutup. Wallace mengatakan, para kandidat tidak pernah diberi tahu akan diminta untuk menyiapkan pernyataan penutup. Karena itu, ia meminta Clinton dan Trump memberikan pernyataan dari hati. Kesempatan pertama diberikan kepada Clinton.

"Well, saya ingin mengatakan kepada semua orang yang menonton malam ini bahwa saya bicara kepada semua orang Amerika—Demokrat, Republik, dan independen—karena kita perlu semua orang untuk membantu negara kita seperti yang seharusnya, untuk menumbuhkan ekonomi , untuk membuatnya lebih adil, untuk membuatnya berhasil untuk semua orang. Kami membutuhkan bakat Anda, keterampilan Anda, komitmen Anda, energi Anda, ambisi Anda," kata Clinton. "Saya berharap Anda akan memberi saya kesempatan untuk melayani sebagai presiden Anda."

Pernyataan Clinton ditujukan kepada rakyat AS secara keseluruhan. Sikap tersebut menunjukkan perbedaan dari isi debat yang sebelumnya menyerang Trump.

Kesempatan berikutnya diberikan kepada Trump. Dalam kata penutupnya, Trump masih menyerang Clinton. Ia menuding Clinton mengumpulkan dana dari orang-orang yang ingin dia kendalikan jika menjadi presiden.

"Namun, ketika saya mulai kampanye ini, saya memulainya dengan sangat kuat. Ini disebut 'Membuat Amerika hebat lagi.' Kita akan membuat Amerika besar. Kita memiliki militer yang sudah terpuruk. Mereka harus dibantu, harus diperbaiki," kata Trump.

"Saya akan berbuat lebih banyak untuk Afrika-Amerika dan Latin daripada yang pernah bisa dilakukan di 10 kehidupan. Semua yang dia (Clinton—Red) lakukan adalah berbicara dengan keturunan Afrika-Amerika dan Latin, tetapi ketika mendapatkan suara, dan kemudian mereka kembali lalu mengatakan, kita akan bertemu lagi dalam empat tahun mendatang," kata Trump.

"Kita akan membuat Amerika kuat lagi, dan kita akan membuat Amerika besar lagi, dan itu harus dimulai sekarang. Kita tidak bisa menerima kepemimpinan Barack Obama lagi dalam empat tahun ke depan," ujar Trump, mengibaratkan Clinton sebagai Obama.

Kedua kandidat Republik dan Demokrat terlihat agresif dan emosional. Keduanya saling menyerang juga mengungkit-ungkit kesalahan masing-masing.

Tidak jarang keduanya saling menginterupsi dan bersikukuh dengan argumennya di waktu bersamaan. Perdebatan mengulas soal sejumlah isu-isu terhangat seperti imigrasi, terorisme, masalah perempuan, pajak, dan masalah lain yang menjerat masing-masing kandidat.

Sepanjang 90 menit debat, keduanya saling melempar argumen, menyerang, membela diri, hingga menjelek-jelekkan satu sama lain. Di akhir debat, keduanya pun melewatkan tradisi berjabat tangan. Di awal acara, Clinton dan Trump juga berjalan lurus menuju podium masing-masing tanpa berjabat tangan. 

Jajak pendapat yang dilakukan CNN/ORC pascadebat menyebutkan, 52 persen partisipan mengatakan Clinton memenangi debat. Sementara, 39 persen mengatakan Trump yang menang.

Sejumlah isu yang menjadi perbincangan panas di awal debat adalah soal pajak dan yayasan milik masing-masing kandidat. Trump menuduh Clinton memberikan perlakukan khusus pada orang yang memberikan donasi ke Clinton Foundation.

Trump juga mengatakan, orang-orang di Wall Street "membayarnya" dengan uang yang banyak untuk mendapatkan perlindungan. "Ini adalah lembaga kriminal," kata Trump.

Sebaliknya, Clinton membela diri bahwa lembaganya itu telah memberikan bantuan kepada sejumlah program di dunia dan di AS sendiri. Seperti dengan memberi bantuan kepada korban-korban bencana di Haiti.

Clinton juga membandingkan lembaganya dengan Trump Foundation yang menurut dia digunakan untuk membeli kapal dan pesawat. Trump langsung menyangkalnya selagi Clinton masih bicara. Clinton juga menyerangnya dengan fakta bahwa Trump satu-satunya kandidat pemilu AS yang tidak mau memublikasikan tax return.

Dalam kesempatan ini pun Trump membersihkan citranya yang dinilai suka melecehkan perempuan. "Tidak ada yang menghormati perempuan seperti yang saya lakukan," kata dia. Lebih jauh, ia terus menekan bahwa kekacauan di Suriah dan Irak adalah berkat keputusan yang salah dari Clinton semasa jadi menteri luar negeri. Trump berkata, Aleppo sangat buruk sekarang karena invasi AS.

Sejauh ini, polling nasional sepakat bahwa Clinton memenangi debat itu dibandingkan Trump. Meski demikian, debat ketiga ini juga memberi gambaran perbedaan kebijakan juga gaya antara kedua kandidat.     rep: Lida Puspaningtyas/reuters/ap, ed: Yeyen Rostiyani 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement