Senin 10 Oct 2016 14:00 WIB

Korban Matthew Terserang Kolera

Red:

PORT-AU-PRINCE — Akibat air yang terkontaminasi dan minimnya higienitas, ribuan orang yang menjadi korban badai Matthew terancam menderita kolera. Pejabat Pemerintah Haiti pada Sabtu (8/10) menyebutkan, setidaknya ada 13 orang yang tewas akibat kolera di wilayah barat daya negeri ini. Suplai air yang terganggu dan buruknya sistem sanitasi mempercepat penyebaran penyakit tersebut.

Kementerian Kesehatan Haiti menyatakan, setidaknya ada 62 warga yang menderita kolera akibat penularan penyakit tersebut di sejumlah kota di negeri miskin tersebut. "Banyak orang yang meregang nyawa," ujar Eli Pierre Celstin, pejabat Kementerian Kesehatan Haiti, seperti dikutip Reuters, Ahad (9/10). "Perawat memang banyak, tapi minim dokter."

Matthew menjadi salah satu badai terkuat di AS selama lebih dari satu dekade. Ribuan orang di wilayah-wilayah berpotensi terkena dampak badai ini di AS telah dievakuasi. Aliran listrik juga telah diputus sebagai antisipasi.

Sejak pekan lalu, badai Matthew melanda negara-negara di kawasan Karibia. Mulai dari Haiti, Kuba, hingga Republik Dominika terkena dampak Matthew. Matthew mencapai level tertingginya di kategori lima saat berada di Haiti. Saat ini Matthew menjadi badai kategori satu.

Di Haiti, sebanyak hampir 900 orang tewas akibat bencana badai ini. Selain itu, empat orang juga tewas di Republik Dominika.

Selain korban tewas, korban bencana yang masih hidup pun tidak mengalami nasib yang lebih baik. Ini terutama karena sulitnya akses setelah terjadi bencana. Seperti yang terjadi di Jeremie, sebuah kota berpenduduk 30 ribu orang, yang tidak dapat diakses sejak Jumat lalu. Seorang jurnalis Aljazirah, Teresa Bo, menyatakan, banyak wilayah di negeri Karibia itu yang mulai terjangkit kolera. "Salah satu ketakutan terbesar adalah ancaman kolera," ujarnya.

Kekhawatiran itu tak berlebihan lantaran pada bencana gempa bumi yang mengguncang Haiti pada 2010 silam, penyakit kolera memang menjadi epidemi. Sejak muncul enam tahun lalu, kolera telah menjangkiti ratusan ribu warga negeri ini dan menewaskan lebih dari 9.000 orang. Anak-anak termasuk korban yang paling rentan terjangkiti penyakit yang menyebabkan dehidrasi berat dan bisa berakibat fatal hanya dalam hitungan jam jika tidak segera ditangani.

Lembaga respons darurat PBB menyatakan, pada tahun ini sekitar 27 ribu kasus kolera dilaporkan terjadi di Haiti dan lebih dari 240 orang tewas. "Badai Matthew dikhawatirkan akan memperburuk situasi dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit yang lebih besar," ungkap pihak PBB.

Warga setempat juga mengeluh lantaran bantuan internasional terbilang lambat. Akibatnya masyarakat setempat yang menjadi korban bencana mulai kelaparan. "Kami berharap dunia akan membantu lebih cepat karena banyak orang yang benar-benar membutuhkan pertolongan," ujar Donny St Germain, pemuka agama setempat, seperti dilansir Aljazirah.

"Pemerintah tidak memberikan kami apa-apa. Masyarakat internasional terus melakukan inspeksi sementara masyarakat mulai kelaparan dan saat ini kami membutuhkan suplai makanan," katanya.

Situasi ini diperburuk dengan kenyataan bahwa lebih dari 80 persen lahan pertanian mengalami gagal panen di sebagian besar wilayah. Care France, sebuah lembaga kemanusiaan, menyatakan sekitar satu juta orang butuh bantuan segera. "Apalagi, mereka tidak memiliki apa-apa selain baju yang melekat di badan."

Prancis telah mengumumkan akan mengerahkan sekitar 60 personel keamanan yang membawa 32 ton suplai kemanusiaan dan perangkat pemurni air untuk membantu korban bencana.      rep: Puti Almas, Lida Puspaningtyas/ap/reuters, ed: Endah Hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement