Jumat 30 Sep 2016 15:54 WIB

Duterte: Ini Latihan Perang Terakhir

Red:

Foto : AP/Bullit Marquez  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

HANOI -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan akan mengakhiri latihan rutin militer bersama yang diadakan oleh negaranya dengan Amerika Serikat (AS). Penghentian itu termasuk dalam kerja sama patroli angkatan laut bersama.

Latihan militer rutin yang digelar AS dan Filpina pada tahun ini akan berlangsung pada 4 hingga 12 Oktober. Pernyataan Duterte memberi tanda salah satu aliansi terkuat Negeri Paman Sam di Asia akan hilang.

"Saya memberitahukan kepada AS bahwa latihan militer rutin yang dilakukan dengan negara kami Oktober nanti adalah yang terakhir," ujar Duterte saat kunjungannya ke Vietnam, Rabu (28/9).

Selama ini, Filipina merupakan aliansi terkuat AS yang disebut mencoba untuk memperkuat pengaruhnya di Asia. Salah satunya dilakukan untuk mengimbangi Cina.

Setiap tahunnya, latihan militer AS dan Filipina secara rutin dilakukan. Para pemimpin militer dari dua negara bahkan dilaporkan telah mempersiapkan berbagai keperluan dalam latihan tersebut hingga tahun depan.

Duterte mengatakan, dirinya hendak membangun aliansi baru untuk perdagangan. Aliansi tersebut adalah Rusia dan Cina. Namun, ia menekankan tetap mempertahankan perjanjian keamanan dengan AS.

Ketegangan antara Filipina dan AS dimulai pada bulan lalu. Saat itu, Duterte mengatakan, Presiden AS Barack Obama sebagai "anak dari wanita jalang". Ia juga mengumumkan hendak menarik pasukan khusus AS yang tersisa di wilayah selatan negaranya.

"Patroli angkatan laut Filipina dan AS tidak akan kembali dilakukan karena ini berpotensi menarik kami dalam konflik dengan Cina," jelas Duterte.

Pernyataan yang seolah menunjukkan salah satu negara di ASEAN itu siap memutus hubungan dengan AS dibantah oleh Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay. Ia mengatakan, Duterte mengucapkan hal di luar konteks dan ada kesalahpahaman dari mereka yang mendengarnya.

"Satu-satunya yang Duterte kesampingkan adalah patroli bersama di luar wilayah perairan 12 mil Filipina. Perjanjian akan tetap dihormati dan itulah yang dimaksud Presiden," kata Yasay, mengacu pada Reksa Perjanjian Pertahanan 1951.

AS dan Filipina telah melakukan dua patroli laut bersama dalam tahun ini. Kesepakatan mengakhiri latihan militer serta patroli bersama juga dinilai dapat menimbulkan kesulitan Filipina dalam melakukan diplomasi regional. Selain itu, hal itu diyakini juga dapat mengubah status quo terhadap masalah di Laut Cina Selatan.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby, mengaku tidak mengetahui adanya pemberitahuan resmi dari Filipina yang ingin mengakhiri latihan militer bersama. "Fokus kami adalah hubungan yang dimiliki saat ini dan untuk seterusnya. Kami yakin memiliki komitmen yang signifikan dengan Filipina dan mungkin, meski mungkin hal itu tetap terjadi," jelas Kirby.

Selain itu, seorang ahli keamanan AS, Richard Jacobson, mengatakan, pernyataan Duterte dapat membuat Cina mengambil kesempatan. Menurut dia, Cina bisa mengeksploitasi hubungan antara dua sekutu yang sudah lama terjalin. "Sikap Duterte dengan jelas membuat hubungan AS dan Filipina menjadi tegang dan bahkan terguncang," jelas Jacobson. rep: Puti Almas reuters ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement