Rabu 28 Sep 2016 17:00 WIB

Isu Upah Hingga Narkoba

Red:

Protes terbaru di Charlotte tampak seperti aksi kemarahan warga kulit hitam atas tindakan rasial yang mereka alami di AS. Isu rasial telah menghantui Negeri Paman Sam sejak lama.

Data Deutsch Welle menunjukkan, penduduk kulit hitam selama lebih dari 30 tahun mendominasi statistik kemiskinan di AS. Diskriminasi terhadap warga yang merupakan 13 persen dari total populasi di negara itu dinilai terjadi di banyak bidang pekerjaan. Hasilnya, tingkat pengangguran mereka menjadi dua kali lipat lebih tinggi dibanding warga kulit putih.

Pendapatan rata-rata yang warga kulit hitam terima juga dilaporkan selalu berada di bawah 60 persen dari upah yang diterima warga kulit putih. Hanya pada 1969 hingga 1970, jumlah penghasilan yang mereka miliki meningkat menjadi sekitar 63 persen.

Belum lagi dengan banyaknya warga kulit hitam yang masuk penjara dibanding kulit putih. Seperti dalam kasus narkotika, dari data NAACP, jumlah warga kulit putih yang menggunakan obat terlarang itu justru lima kali lipat lebih banyak dibanding warga kulit hitam. Namun, warga kulit hitam didakwa 10 kali lipat jauh lebih banyak terkait kasus itu.

Berdasarkan data yang dirangkum LA Times pada 2015 lalu, setengah populasi AS adalah warga kulit putih. Hasil ini cukup berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang mana negara itu telah melakukan perubahan terkait kesetaraan ras.

Kemudian, dalam data FBI yang dirangkum oleh Washington Post, terlihat catatan warga kulit hitam yang tewas oleh petugas kepolisian di AS pada 2016. Setiap bulan, kejadian itu ditandai dengan warna merah pada tanggal.

Terlihat, pada Januari hanya empat hari yang ditandai dengan blok warna abu-abu, atau menunjukkan tidak ada yang tewas. Selebihnya, hingga beberapa bulan terakhir hanya terdapat satu hari dari setiap tanggal yang tidak diberi warna merah.

Jaringan pengumpul data Mapping Violence juga memberi kesimpulan bahwa aparat keamanan di AS melakukan penembakan lima kali lipat lebih banyak kepada warga kulit hitam tak bersenjata dibandingkan warga kulit putih.

Pertanyaan demi pertanyaan terkait sikap rasial dari aparat penegak hukum AS mencuat. Kebijakan keamanan untuk menanggulangi masalah ini juga dibahas sebelum pemilihan presiden baru negara itu pada November mendatang.

Banyak warga keturunan kulit hitam di negara itu menilai mereka diperlakukan secara diskriminatif. Tak jarang, pihak berwenang memandang mereka sebagai ancaman meski tak jelas kesalahan apa yang telah dilakukan.

Rasialisme di AS juga menjadi keprihatinan Presiden AS Barack Obama. Ia yang juga keturunan Afrika mengatakan bahwa tindakan kekerasan terhadap warga kulit hitam oleh polisi adalah masalah serius.

Obama mengatakan, perlakuan rasial terhadap warga kulit hitam mungkin telah mengakar dalam masyarakat AS. Namun, ia menekankan, seharusnya tidak ada lagi sikap demikian di negara yang menjunjung tinggi prinsip demokrasi, yaitu perbedaan. "AS adalah negara bebas, semua orang dari ras apa pun dapat hidup di dalamnya dengan sejahtera," ujar Obama. 

Ia mengakui, pandangan terhadap etnik di AS sebenarnya telah mengalami kemajuan. Meski demikian, bayang-bayang perbudakan oleh etnik kulit putih yang terjadi pada zaman dahulu tampaknya masih diwarisi dan menjadi bagian dari sekelompok warga di negara itu.

Saat Obama dilantik pertama kali sebagai presiden AS pada 2009 lalu, banyak yang menilai negara itu telah memasuki era pascarasial, saat perbedaan ras dan diskriminasi tidak akan lagi terjadi. Banyak yang berharap agar perlindungan serta keadilan atas hak-hak warga diatur secara tegas dalam undang-undang (UU).

Namun, selama dua periode Obama memimpin AS, hal itu tampaknya belum terwujud. Ia juga pernah meminta agar seluruh warga di negara itu memahami tugas aparat kepolisian yang sangat sulit.

"Semua tahu bahwa mayoritas polisi melaksanakan tugas yang sangat berat dan berbahaya secara profesional. Mereka patut mendapatkan rasa hormat, bukan kecaman," jelas Obama.

Ia juga menyerukan persatuan semua warga di negara itu. Dengan serangkaian insiden penembakan warga kulit hitam yang mencuat beberapa tahun belakangan di AS, bukan berarti semua polisi bersikap rasial.

"Meski terkesan terpecah belah, AS tidak demikian. Rasialisme dan ketegangan antarras di AS sudah membaik secara signifikan selama hidup saya," kata Obama menambahkan.   Oleh Puti Almas/reuters, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement