Rabu 28 Sep 2016 14:00 WIB

Eropa Khawatir Serangan ISIS Lebih Canggih

Red:

UNI EROPA — Uni Eropa kembali meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya ancaman teror yang lebih besar dari Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dilansir RT, Koordinator Kontraterorisme Uni Eropa memperingatkan para pembuat kebijakan bahwa Eropa bisa menghadapi serangan baru ISIS yang lebih terkoordinasi.

"Kemungkinan sampai melibatkan senjata kimia," kata Gilles de Kerchove yang dikutip RT, Selasa (27/9).

Ia mengatakan kepada anggota Civil Liberties Committee di parlemen Eropa bahwa ancaman teror di seluruh Eropa sangat tinggi. Ia menjabarkan, sedikitnya ada enam alasan bahwa Eropa harus menjaga kewaspadaan hingga tingkat tertinggi, bahkan hingga 20 tahun ke depan. Sejauh ini, ancaman teror di Eropa berkutat di Prancis dan Jerman.

Kerchove mengatakan, ada banyak pengebom bunuh diri terlatih dan pelaku serangan tunggal di Eropa. Mereka semua terlibat langsung atau terinspirasi oleh ISIS. Sejumlah orang berpotensi radikal karena punya masalah kejiwaan.

Kerchove juga menekankan sebagian besar penyerang punya catatan kriminal. "ISIS juga menggunakan aliran migran untuk menyelundupkan militan, menggunakan dokumen palsu," kata dia.

Bos intelijen itu juga memperingatkan, jika ISIS terus kalah, militan di Suriah dan Irak akan pergi ke Uni Eropa. Menurut Kerchove, alasan lain mengapa ancaman teror berkembang di Eropa karena ISIS menguasai propaganda media sosial.

Ini memperlebar jangkauan rekrutmen mereka. Kerchove mengatakan, tren terbaru menunjukkan semakin sedikit orang Eropa pergi ke Suriah. Tetapi, mereka terinspirasi melakukan aksi teror di tanah kelahirannya. Lebih lanjut, Kerchove menyebut, pengungsi juga berisiko jadi radikal.

Taktik militan biasanya mencari target di luar skala mereka, seperti tempat populer atau institusi. Para teroris juga menggunakan alat penyerang yang mudah dibuat.

"Kami khawatir, Daesh akan selangkah demi selangkah mengubah modus operandi," katanya menyebut Daesh, nama lain dari ISIS.

Bom mobil mungkin menjadi salah satunya. Kerchove mengatakan, mereka terlatih untuk membuat kostumisasi kendaraan berpeledak. Selain itu, Kerchove juga khawatir mereka akan mulai menggunakan senjata kimia.

Gunakan mustar di Irak

Secara terpisah, dugaan penggunaan senjata kimia oleh ISIS kian menguat seperti yang terjadi di Mosul, Irak. Juru bicara Pentagon, Jeff Davis, pada Senin (26/9), mengatakan, militan ISIS "dipastikan" menggunakan senjata kimia.

Senjata itu diujicobakan pada 20 September lalu terhadap pasukan Irak yang sedang merangsek maju di Mosul. Senjata kimia itu dipasang pada roket yang mendarat di dekat pasukan AS di Mosul. Roket tersebut positif mengandung zat kimia yang disebut agen mustar.

"Kami sepenuhnya mengenali bahwa ini hal yang pernah dilakukan ISIS sebelumnya. Mereka telah melakukannya beberapa kali. Sekurangnya 24 kali kami mengetahui tempat mereka meluncurkan amunisi yang diisi agen mustar," kata Davis.

"Umumnya bukan dalam konsentrasi memastikan," ujar Davis. Tetapi, Davis mengatakan, meski ISIS belum menuntaskan kemampuannya untuk mempersenjatai secara kimia, AS dan pasukan Irak tetap harus waspada.

rep: Lida Puspaningtyas/reuters, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement