Sabtu 24 Sep 2016 17:00 WIB

Aleppo Digempur

Red:

BEIRUT -- Serangan terbaru pasukan Suriah di Aleppo, Suriah, sekurangnya menewaskan 26 orang. Hingga Jumat (23/9) siang, tak kurang dari 100 serangan udara dilancarkan sejak Pemerintah Suriah mengumumkan gempuran terbaru terhadap wilayah yang dikuasai milisi oposisi bersenjata di Aleppo.

Militer Suriah yang didukung Angkatan Udara Rusia mengumumkan, Kamis (22/9) malam, akan memulai operasi baru terhadap milisi bersenjata. "Operasi militer ini meliputi berbagai sasaran, dan tentu saja yang paling penting adalah operasi di darat," demikian sumber dari militer Suriah yang dikutip Reuters

Deklarasi militer Suriah tersebut bertepatan dengan pertemuan internasional yang digelar di New York untuk membahas konflik Suriah. Pertemuan itu adalah upaya diplomatik terbaru untuk menegakkan gencatan senjata. Hingga berita ini ditulis, belum ada komentar dari Rusia atau militer Suriah mengenai serangan pada Jumat.

Namun, PBB, AS, dan Rusia gagal menyepakati gencatan senjata di Suriah. Utusan PBB, Staffan de Mistura, menyebut pertemuan tersebut berlangsung "lama, menyakitkan, sulit, dan mengecewakan."

"Yang terjadi adalah Aleppo diserang dan semua orang kembali terjerat konflik," ujar De Mistura. Ia memperkirakan, lebih dari 400 ribu orang tewas sejak konflik bermula dari unjuk rasa antipemerintah pada Maret 2011.

Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) mengatakan, serangan militer Suriah kali ini adalah serangan berskala besar yang didukung serangan udara Rusia. Serangan tersebut ditujukan untuk merebut sektor timur Aleppo sedikit demi sedikit serta mengosongkannya.

Menurut SOHR, serangan dengan jet canggih diperkirakan milik Rusia. Warga juga mengatakan, serangan dilakukan helikopter dengan menjatuhkan bom yang dibuat dari drum minyak, sebuah taktik yang biasanya dilakukan militer Suriah.

"Anda dengar? Sekarang wilayah ini diserang oleh rudal. Kami bisa mendengar suara pesawat," ujar Mohammad Abu Rajab, seorang ahli radiologi.

Pengeboman intensif ini tak diragukan lagi telah menunjukkan, Pemerintah Suriah dan sekutunya, Rusia, tidak memenuhi seruan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John F Kerry, yang meminta serangan dihentikan untuk menegakkan gencatan senjata.

Sebelumnya, kesepakatan gencatan senjata yang disepakati Rusia dan Amerika Serikat sempat menahan aksi kekerasan pada awal September. Namun, kesepakatan itu runtuh hanya dalam waktu sepekan tanpa adanya pasokan bantuan kemanusiaan di wilayah itu.

Sementara menurut seorang pemimpin milisi oposisi, serangan kali ini adalah yang terhebat di Aleppo. Hal ini diungkapnya dalam bentuk rekaman suara yang dikirim kepada Reuters

"Saya terbangun karena gempa kuat meski lokasi saya terletak jauh dari tempat jatuhnya rudal," ujar sang pemimpin milisi yang tidak disebutkan namanya oleh Reuters

Menurut Aljazirah, 15 kawasan di Aleppo dibidik serangan militer Suriah. Gempuran itu melumpuhkan kemampuan tim penyelamat untuk membantu warga sipil yang terperangkap serangan.

Menurut Ibrahim Alhaj, anggota LSM Syrian Civil Defense, sekurangnya dua pusat pertahanan sipil diserang dalam operasi militer kali ini. Ambulans dan kendaraan pemadam kebakaran rusak di salah satu lokasi mereka di Ansari.

"Ini sangat kritis. (Angkatan Udara Presiden Bashar Assad) langsung membidik pusat pertahanan sipil," ujar Alhaj.

Dahulu, Aleppo pernah menjadi pusat bisnis dan industri. Wilayah ini memiliki populasi sekurangnya 250 ribu orang.

Namun, kini wilayah tersebut menjadi hancur lebur karena menjadi pusat serangan kedua pihak bertikai. Wilayah ini menjadi terpecah antara wilayah yang dikuasai pemerintah di barat dan milisi oposisi di timur sejak pertengahan 2012. Menguasai Aleppo adalah salah satu kemenangan yang ingin diraih Assad. Dia kini ingin melakukan konsolidasi kota-kota di wilayah barat.      reuters/ap, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement