Jumat 02 Sep 2016 17:00 WIB

Rousseff Terjungkal

Red:

BRASILIA--Senat Brasil memutuskan untuk melengserkan secara permanen Presiden Dilma Roussef pada Rabu (31/8). Wakil Presiden Brasil Michel Temer langsung diambil sumpahnya untuk memimpin pemerintahan hingga sisa masa jabatan usai pada 2018. Temer sudah mengambil alih tugas Rousseff sejak 12 Mei.

Sebanyak 61 suara dari 81 anggota Senat Brasil menyetujui pemakzulan Rousseff dalam sidang pemakzulan yang berlangsung selama empat hari. Namun, Rousseff lolos dari larangan menduduki jabatan publik selama delapan tahun.

Beberapa pihak, baik anggota parlemen maupun kaum nasionalis Brasil, menyalahkan Rousseff atas pelanggaran undang-undang anggaran negara. Presiden perempuan pertama Brasil itu juga secara ilegal menggunakan uang dari bank-bank negara untuk biaya belanja publik.

Mereka berargumen pemakzulan terhadap presiden merupakan kesempatan bagi Brasil untuk memulai babak baru seusai terjadinya krisis politik. Brasil mengalami resesi ekonomi terburuk dalam satu generasi dan terjerat skandal korupsi yang melibatkan perusahaan minyak negara, Petrobas.

Dalam sidang pemakzulan hari kedua, Rousseff membantah telah melakukan kesalahan dan menyatakan proses pemakzulan itu sebenarnya ditujukan untuk melindungi kepentingan elite ekonomi di Brasil. Dengan demikian, kekuasaan sayap kiri Partai Buruh berakhir setelah 13 tahun berhasil menempatkan kadernya di posisi tertinggi di negara dan membawa Brasil menjadi negara dengan perekonomian terbesar di Amerika Latin.

"Mereka yang menginginkan saya lengser adalah sekelompok orang yang ingin menghapus program sosial yang berhasil mengangkat jutaan warga Brasil dari kemiskinan selama satu dekade terakhir," kata Rousseff.

Pencopotan Rousseff mendapat tanggapan dari negara-negara Amerika Latin. Venezuela, Ekuador, dan Bolivia bahkan menarik duta besar mereka di Brasil untuk memprotes hal tersebut.

Pemimpin sayap kiri di Karakas, Quito, La Paz, dan San Salvador mengaku tetap mendukung Rousseff dan pendahulunya, Luiz Inacio Lula da Silva. Begitu pun dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro yang mengatakan Amerika Serikat (AS) berada di balik kasus pemakzulan ini.

"Kudeta ini tidak hanya terhadap Dilma, tetapi juga terhadap Amerika Latin dan Karibia. Ini melawan kami," ujar Maduro dalam pidatonya.

Menteri Luar Negeri Brasil Jose Serra membela proses pemakzulan Rousseff yang menurutnya telah sesuai konstitusi. Ia juga mempertanyakan legitimasi pemerintah Maduro dalam memberikan pernyataan.

"Pemerintah Venezuela tidak memiliki moral untuk berbicara tentang demokrasi karena mereka tidak memiliki rezim demokrasi," katanya.

Presiden El Salvador Sánchez Ceren juga memberikan kritik terhadap pencopotan Rousseff. Menurutnya, hal tersebut menjadi ancaman serius bagi demokrasi, perdamaian, keadilan, pembangunan, dan intergrasi Amerika Latin.

Ia mengatakan tidak akan mengakui pemerintahan Presiden Temer yang menggantikan Rousseff. Namun, El Salvador belum secara resmi menarik duta besarnya dari Brasil.

"Kami menghormati demokrasi dan kehendak rakyat. Di Brasil, tindakan itu dilakukan melalui kudeta," ujar Ceren.

Temer jadi presiden

Setelah Rousseff dicopot dari jabatannya, Wakil Presiden Brasil Michel Temer akan memimpin pemerintahan hingga sisa masa jabatan usai pada 2018. Temer sudah mengambil alih tugas Rousseff sejak 12 Mei. Namun, selama itu Temer dinilai belum memberikan perubahan drastis bagi Brasil.

Hal penting yang perlu ia lakukan adalah menunjuk tim ekonomi yang kuat untuk mengatasi resesi, menarik investasi asing, dan melakukan reformasi di sektor pajak dan tenaga kerja. Meski memiliki tingkat popularitas yang rendah, Temer telah mencoba membangun hubungan dengan semua partai politik. Kini, ia menghadapi tantangan untuk memperkuat perekonomian negara dan meningkatkan hubungan dengan berbagai pihak.

Temer lahir di Tiete, Negara Bagian Sao Paulo, pada 23 September 1940 dari keluarga imigran Lebanon. Keluarganya  kemudian pindah ke Brasil pada 1920. Menjadi anak bungsu dari delapan bersaudara, Temer adalah penganut Katolik Roma yang taat dan berhasil meraih gelar doktor hukum dari Pontifical Catholic University of Sao Paulo.

Dia adalah salah satu ahli hukum tata negara terkemuka di Brasil. Ia telah menulis buku hukum berjudul Constitution and Politics dan Elements of Constutional Law yang terjual 200 ribu eksemplar.

Ia memulai karier politiknya sebagai penasihat Ataliba Nogueira, sekretaris pendidikan Sao Paulo. Temer lalu bergabung dengan Gerakan Demokratik Brasil (PMDB) yang bertentangan dengan pemerintah.

Pada 2001, ia terpilih sebagai presiden PMDB dan membawa partai ke dalam pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Lula da Silva dari Partai Buruh. Ia kemudian menjadi wakil Rousseff pada 2011.

Namun, dalam pemilihan kedua Rousseff sebagai pemimpin, Temer dan Rousseff menjadi lawan politik. Setelah Rousseff dicopot dari jabatannya sebagai presiden, Temer keluar dari koalisi pemerintah dan bergabung dengan partai oposisi.

Sebagai pengganti presiden, Temer berjanji akan memulihkan perekonomian yang terus menurun selama enam kuartal terakhir. Dia juga akan menerapkan kebijakan pengetatan ikat pinggang demi menyeimbangkan anggaran negara yang saat ini mengalami defisit.

Meski demikian, Temer akan menghadapi perlawanan sengit dari Partai Buruh yang berjanji akan menggelar demonstrasi di jalanan.     rep: Fira Nursya'bani/reuters, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement