Rabu 31 Aug 2016 16:00 WIB

Filipina Desak Cina Akui Putusan LCS

Red:

MANILA -- Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay mengatakan, Cina akan malu jika tidak mengakui putusan pengadilan internasional atas klaim teritorial di Laut Cina Selatan (LCS). Pengadilan arbitrasi di Den Haag, Belanda, pada Juli lalu memutuskan Cina tidak memiliki kaitan sejarah dengan Laut Cina Selatan. Cina juga dinyatakan telah melanggar hak-hak kedaulatan negara lain.

"Kami berusaha membuat Cina memahami agar mereka menghormati dan mengakui pengadilan arbitrasi. Mereka akan malu jika tidak mengakuinya," kata Yasay dalam sidang kongres.

Ia menjelaskan, sebelum memulai pembicaraan bilateral, Filipina berencana membuat kesepakatan dengan Cina untuk memungkinkan nelayan Filipina mengakses perairan yang kaya akan sumber daya laut tersebut.

Cina sebelumnya menduduki Scarborough Shoal pada 2012 lalu dan menolak akses masuk bagi nelayan Filipina. Hal tersebut yang menjadi alasan Manila mencari keputusan arbitrase.

"Ketika kami memulai negosiasi formal dengan Cina, kami harus melakukannya dalam konteks keputusan arbitrasi," kata Yasay.

Cina mengklaim hampir seluruh bagian Laut Cina Selatan. Di perairan tersebut, 5 triliun dolar AS angka perdagangan berputar setiap tahunnya. Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga memiliki klaim atas laut ini. Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan, ia akan mengadakan pembicaraan dengan Cina pada tahun ini untuk membahas masalah tersebut.

Punya prinsip sama

Amerika Serikat (AS) juga mendesak Cina agar mengakui keputusan pengadilan arbitrase atas Laut Cina Selatan. Secretary of US Air Force, Deborah Loche Lee James, mengatakan, AS dan Indonesia memiliki prinsip yang sama dalam memandang sengketa di Laut Cina Selatan.

"Kami memiliki kesamaan prinsip," kata Lee James di Jakarta, Senin (29/8).

Pada Senin, ia bertemu dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan membahas sejumlah isu strategis. Menurut Lee James, ada tiga hal yang menjadi persamaan pandangan Indonesia-AS yang dibahas bersama Ryamizard. Pertama, tentang kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan. Kedua, tentang resolusi perdamaian. Ketiga, soal menghormati hukum yang berlaku.

"Putusan pengadilan (arbitrase) tersebut sangat penting dan harus dihormati," kata Lee James. Ia juga menyadari bahwa Natuna saat ini sedang menjadi fokus Indonesia dalam isu Laut Cina Selatan.

Indonesia dan AS juga sepakat untuk memperperdalam hubungan pertahanan. Kedua negara, tambah Lee James, akan menggelar latihan gabungan di Indonesia dalam waktu dekat. Ia tidak menyebut waktu dan lokasi tepatnya latihan akan berlangsung.

Ia memperkiraan, isu ini akan terus bergulir dan dibahas dalam ASEAN Summit awal September mendatang di Vientiane. Selain itu, akan ada pertemuan pertahanan di Hawaii. "Ini juga sepertinya akan menjadi topik substansial di sana," kata Lee James.

Secretary of US Air Force perempuan kedua AS ini sedang dalam kunjungan ke negara-negara Asia. Indonesia adalah negara terakhir dalam daftar. Sebelumnya, Lee James mengunjungi Singapura, India, dan Filipina. Menurutnya, isu Laut Cina Selatan juga dibahas saat ia berada di Filipina.    rep: Fira Fira Nursya'bani, Lida Puspaningtyas/reuters/ap, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement