Selasa 30 Aug 2016 18:00 WIB

Jerman: Brexit Bisa Runtuhkan UE

Red:

BERLIN -- Wakil Kanselir Jerman Sigmar Gabriel mengatakan, keberadaan Uni Eropa (UE) akan sia-sia jika negara-negara lain mengikuti jejak Inggris. Inggris dianggap tidak bertanggung jawab dan tidak bisa menjaga hal baik tentang Eropa.

Hal itu ia ungkapkan setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May memanggil para menteri untuk mendiskusikan ide penarikan Inggris, Rabu (24/8). Brexit menjadi agenda utama May.

Namun, menurut the Sudnay Times, kabinetnya terpecah untuk memutuskan Inggris masih bergabung dengan pasar tunggal atau tidak. Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa dalam pemungutan suara referendum pada 23 Juni lalu.

Gabriel, yang juga merupakan menteri ekonomi dalam pemerintahan koalisi Jerman dan wakil dari Kanselir Angela Merkel, mengatakan dalam konferensi pers, dunia sekarang menganggap Eropa sebagai benua yang tidak stabil akibat Brexit.

Masalah besar

"Brexit adalah hal yang buruk, tapi tidak memiliki dampak berlebih pada masalah ekonomi, seperti yang ditakutkan banyak pihak, ini lebih ke masalah psikologis dan masalah politik yang besar," ujar dia.

Menurutnya, jika Uni Eropa melakukan kesalahan dalam menghadapi Brexit, akan terjebak dalam masalah yang lebih besar. Uni Eropa, kata dia, perlu memastikan agar Inggris tidak mengambil keuntungan dari Uni Eropa, tapi bersikap tidak bertanggung jawab.

Angela Merkel sebelumnya telah bertemu sejumlah pemimpin Eropa untuk menyiapkan pertemuan pada September. Pertemuan tersebut akan fokus pada bahasan tentang masa depan Uni Eropa pasca-Brexit.

Ia mengatakan, anggota Uni Eropa yang masih ada harus bisa saling mendengarkan satu sama lain dan menghindari membuat putusan kebijakan dengan tergesa-gesa.

Sementara itu, Theresa May sedang menyusun perencanaan untuk Brexit, dengan memimpin pertemuan dengan kabinet di Chequers, Buckinghamshire. Koresponden politik BBC, Chris Mason, mengatakan, May akan mendengar beragam pendapat untuk pertanyaan "apa arti sebenarnya dari Brexit?" dari seluruh kabinet dan parlemen.

Hal ini berlangsung seiring dengan munculnya kelompok lintas partai yang dijuluki Open Britain. Dalam artikel di the Sunday Times yang ditulis untuk Open Britain, tiga mantan menteri dari Partai Konservatif, Partai Buruh, dan Partai Demokrat Liberal menyatakan bahwa lalu lintas manusia tidak bisa lagi diberlakukan bebas. Namun, mereka juga memperingatkan bahwa Inggris juga tidak boleh seperti menutup pintu dari Eropa.    rep: Fira Nursya'bani, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement