Senin 29 Aug 2016 12:00 WIB

Mendorong Laos untuk Membuka Diri

Red:

VIENTIANE — Pemerintah komunis Laos, negara dengan populasi kurang dari 7 juta, jarang menyebabkan riak di sirkuit diplomatik. Namun, negara "ngantuk" ini akan 'hidup' ketika para pemimpin global tiba untuk pertemuan puncak Asia.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan berada di antara mereka dan membuat dorongan beban kepresidenannya untuk "menyeimbangkan" kebijakan luar negeri Washington terhadap Asia. Hal ini secara luas dilihat sebagai respons terhadap ekonomi dan militer Cina di seluruh wilayah.

Tampaknya negara raksasa tetangga Laos itu cukup mendominasi. Beberapa warga Cina mengemudi SUV menyalip truk-truk di sepanjang jalan. Hotel-hotel yang didukung Cina tumbuh di salah satu kota berpendapatan paling rendah di Asia itu.

Namun, diplomat mengatakan, Obama bisa melakukan dorongan di Laos berkat perubahan pemerintahan di sana April lalu. Para diplomat mengatakan, pemimpin baru negara tersebut tampaknya siap untuk melenceng jauh dari Beijing dan bersandar lebih dekat ke arah tetangga lain, Vietnam. Sengketa dengan Cina atas Laut Cina Selatan juga dinilai telah mendorong menjadi sebuah aliansi dengan AS.

"Pemerintah baru lebih dipengaruhi oleh Vietnam dibanding Cina," kata seorang diplomat Barat di Asia Tenggara, seperti dikutip Reuters. "Tidak pernah terlalu terlambat untuk seorang presiden AS berkunjung," kata dia.

Obama akan menjadi presiden AS pertama yang mengunjungi daratan Laos. AS pernah melancarkan "perang rahasia" saat berperang di Vietnam dan menjatuhkan sekitar 2 juta ton bom. Sekitar 30 persen dari persenjataan gagal meledak, meninggalkan warisan mahal dan berbahaya.

Laos memiliki kepentingan strategis bagi Vietnam dan Cina. Vietnam memiliki perbatasan panjang dengan Laos dan memberi akses ke pasar di Thailand dan luar negeri. Bagi Cina, Laos adalah pintu gerbang utama ke Asia Tenggara dalan strategi perdagangan Jalur Sutra Baru.

Laos mengembangkan serangkaian pembangkit listrik tenaga air di sepanjang Sungai Mekong, salah satu sungai terpanjang di dunia, yang bertujuan menjadi "baterai Asia" dengan menjual listrik ke tetangga-tetangganya.

Pergeseran kebijakan

Sulit untuk membaca kebijakan di Laos karena pemimpinnya begitu tidak komunikatif. Namun, para diplomat Barat telah mendeteksi beberapa pergeseran.

Pertama, pensiunnya Wakil Perdana Menteri Somsavat Lengsavad yang menjalankan proyek rel Cina senilai 7 triliun dolar AS. Proyek tersebut kini ditangguhkan karena Laos tidak senang dengan ketentuan kesepakatan.

Pejabat pemerintah baru Perdana Menteri Thongloun Sisoultih mengatakan, banyak dari mereka yang berpendidikan di Vietnam telah mengunjungi Hanoi secara massal dalam beberapa pekan terakhir. Ini menjadi perjalanan luar negeri pertama mereka.

Pada dua pertemuan terakhir Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Laos telah mengambil sikap untuk tidak bernuansa pada Beijing. Tidak seperti tetangganya, Kamboja yang semakin dilihat sebagai satelit Cina.

"Kepentingan strategis AS di Laos untuk melihat negara dapat mengarahkan otonomi strategis karena Anda tidak ingin memiliki sesuatu yang mirip dengan hubungan antara Cina dan Kamboja," kata Phuong Nguyen dari pusat lembaga peneliti Strategic and International Studies berbasis di Washington.

Sementara itu, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina menyambut baik negara manapun di negaranya. "Kami menyambut negara manapun, termasuk orang-orang di dalam dan di luar wilayah ini, mengembangkan hubungan yang konstruktif selama benar-benar bermanfaat bagi perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran," ujarnya.

Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan Cina dan media pemerintah, Beijing telah menginvestasikan sekitar satu triliun dolar AS dalam setahun di Laos pada 2014 dan 2015. Bahkan, investasi historis Beijing tercatat sebesar 4,5 triliun dolar AS sebelum 2014.

Bagi AS, negara miskin Laos tidak imbang untuk investasi yang kuat. Direktur Dewan Bisnis AS-ASEAN Anthony Nelson mengatakan, di Laos mereka membawa tujuh hingga delapan perusahaan, tapi 30 hingga 40 perusahaan dibawa ke Vietnam. "Tapi, permainan bola Cina sama sekali berbeda," katanya. "Jadi, tidak ada kebetulan negara dengan tingkat pembangunan terendah, Laos dan Kamboja, yang paling bersedia untuk mengadvokasi posisi Cina dalam diskusi internasional," ujar dia.

Namun, secara budaya, Laos lebih dekat dengan Vietnam dibanding Cina. Dalam melakukan bisnisnya, mereka menggunakan bahasa Lao dan keluarga campuran Laos-Vietnam menggabungkan adat istiadat setempat, sementara keluarga Laos-Cina cenderung terisolasi.

"Kami sedikit frustrasi dengan Cina. Mereka menciptakan ekosistem sendiri," kata seorang pengusaha Laos.    Oleh Melisa Riska Putri, ed: EH Ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement