Kamis 25 Aug 2016 15:00 WIB

Diturunkan dari Pesawat Akibat Dituduh ISIS

Red:

Tiga kakak beradik Muslim diminta turun dari pesawat dan diinterogasi di London, Inggris. Insiden ini terjadi hanya karena seorang penumpang lain mengaku melihat mereka membaca tulisan Arab, yang diduga terkait Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di telepon seluler (ponsel) mereka.

Sakina Dharas (24 tahun), Maryam Dharas (19 tahun), dan saudara laki-laki mereka, Ali Dharas (21 tahun), saat itu sedang berada di pesawat EasyJet dengan nomor penerbangan EZY3249 di Bandara Stansted, London. Mereka rencananya akan terbang ke Kota Napoli, Italia, pada 17 Agustus lalu.

Sakina yang mengisahkan kejadian tersebut kepada Aljazirah pada Selasa (23/8), mengatakan, sesaat sebelum lepas landas anggota kru menghampiri dan meminta mereka keluar dari pesawat. Dengan dikawal, ketiganya kemudian menuruni tangga pesawat ke landasan terbang.

Di landasan, menurut Sakina, polisi bersenjata dan agen MI5 telah menunggu mereka. Ketiganya pun langsung menjalani proses interogasi di landasan tersebut selama sekitar satu jam.

Sakina mengisahkan, ternyata sebelumnya dua orang penumpang di pesawat yang sama mengadu, ketiga bersaudara itu tampak melihat layar ponsel bertulisan Arab.

"Seorang penumpang di penerbangan Anda telah mengklaim Anda bertiga adalah anggota ISIS," kata ahli farmasi ini menirukan perkataan agen MI5. "Sama sekali tak ada (tulisan Arab dalam ponsel kami). Kami bahkan tak bisa berbicara bahasa Arab, kami (asal) India," ujarnya.

Sakina menambahkan, saudara laki-lakinya juga tak melihat telepon selama mereka di Stansted. Lagi pula, Sakina menegaskan, satu-satunya tulisan Arab di ponselnya adalah sebuah aplikasi yang menampilkan ayat-ayat dari Alquran, itu pun tak dibuka sepanjang waktu saat mereka di bandara.

Selama satu jam diinterogasi, Sakina mengatakan, ia diminta untuk menjelaskan secara perinci berbagai stempel yang ada di paspornya. Ia juga diminta menunjukkan kepada agen MI5 pesan dari aplikasi Whatsapp terbarunya.

Ketiganya kemudian diizinkan kembali ke pesawat. Penerbangan EasyJet ditunda lebih dari satu jam akibat proses interogasi tersebut.

"Saya sangat gugup dan malu. Bukankah seharusnya mereka (petugas polisi dan agen) naik ke pesawat bersama kami, untuk menunjukkan kepada penumpang lain tak ada yang salah dengan kami, untuk mengatakan agar mereka jangan khawatir karena ini hanya kesalahpahaman," kata Sakina.

EasyJet mengatakan kepada Aljazirah, maskapainya menyampaikan pengaduan penumpang kepada polisi demi keselamatan bersama. "Kami ingin meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi pada penumpang," kata maskapai.

Insiden itu terjadi bersamaan dengan meningkatnya Islamofobia di Inggris. Muslim di seluruh dunia semakin mengalami diskriminasi saat Islam kerap dikaitkan dengan terorisme.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan, meski keamanan merupakan hal penting, upaya melindungi orang tak bersalah harus dilakukan. Pejabat Hukum dari kelompok HAM Liberty, Rosie Brighouse, mengatakan kepada Aljazirah tentang pentingnya orang-orang tak bersalah, untuk tak mengalami interogasi yang memalukan di depan umum.

"Itu kewajiban pemerintah untuk menggunakan akal sehat mereka, dan mengecek kredibilitas atas laporan kekhawatiran, sebelum memutuskan menanggapinya," ujar Brighouse.

Direktur Rights Watch Inggris Yasmine Ahmed mengatakan, kasus Dharas memunculkan keprihatinan hak asasi manusia yang serius. Menurut dia, aksi seperti itu bisa memiliki efek kontraproduktif. Ini dapat mengucilkan dan mengisolasi pemuda Muslim Inggris.    Oleh Gita Amanda, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement