Jumat 29 Jul 2016 13:00 WIB

Cina Siap Pasang Antirudal

Red:

BEIJING--Cina berencana menempatkan sistem antirudalnya setelah Korea Selatan memasang terminal high altitude area defence (THAAD). Pada Kamis (28/7), Kementerian Pertahanan Cina mengonfirmasi bahwa pemerintah akan segera mewujudkannya.

"Mengembangkan kemampuan untuk pertahanan rudal yang sesuai diperlukan oleh Cina untuk menjaga keamanan nasionalnya," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Yang Yujun dalam konferensi pers bulanan.

Menurutnya, sistem terkait akan mengembangkan kemampuan pertahanan diri Cina. Ia mengatakan, sistem ini tidak menargetkan negara tertentu dan tidak akan berimbas pada stabilitas strategis internasional.

Sebelumnya, Cina geram setelah melihat Korsel benar-benar menempatkan THAAD di kawasan mereka. Korsel bersikeras langkah ini khusus untuk melawan ancaman Korea Utara. Namun, Cina memprotes dan memperingatkan bahwa keputusan tersebut akan merusak stabilitas keamanan wilayah. Cina khawatir sistem radar pada sistem akan digunakan untuk melacak kemampuan militernya.

Rusia juga menolak keputusan Korsel yang dicapai melalui kesepakatan dengan Amerika Serikat tersebut. Gambar sistem rudal itu telah menyebar di televisi Cina hingga menimbulkan kekhawatiran.

Pada Selasa, pejabat senior AS mengatakan, keputusan penempatan THAAD tidak akan mengancam keamanan Cina. Namun, menurut Yang, Cina akan mempertimbangkan langkah tertentu untuk menjaga keseimbangan strategis.

Cina juga menyangkal pandangan bahwa THAAD bukan ancaman bagi Cina. "Tanpa melihat pembelaan dari AS dan Korsel, para pakar dengan mudahnya melihat ini memang mengancam," kata Yang.

Reuters melaporkan bahwa militer Cina juga punya ambisi tertentu dalam program yang melibatkan uji antirudal satelit. Sekutu Korut ini bisa menggunakan langkah Korsel-AS untuk kepentingan tersebut.

Korut telah meluncurkan serangkaian uji rudal dalam beberapa bulan belakangan. Yang terbaru dilakukan pada pekan lalu ketika tiga rudal balistik berhasil mencapai jarak tertentu. Korut bersikeras bahwa ini adalah upaya memperkuat pertahanan diri.

Latihan militer

Dalam perkembangan terbaru, Cina dan Rusia sepakat akan gelar latihan militer gabungan di Laut Cina Selatan. Pada Kamis, Kementerian Pertahanan Cina mengatakan, latihan Angkatan Laut rutin itu akan diselenggarakan pada September.

Latihan ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama kedua negara. "Ini adalah latihan rutin antara dua pasukan bersenjata. Tujuannya, memperkuat kerja sama pengembangan strategis Cina-Rusia," kata Yang.

Menurutnya, latihan ini tidak bermaksud menyinggung pihak ketiga. Meski demikian, latihan dilakukan saat ketegangan di wilayah meningkat pascaputusan pengadilan arbitrase yang menyebut Cina tidak punya hak sejarah di Laut Cina Selatan.

Tahun lalu, Cina-Rusia juga melakukan latihan militer gabungan di Laut Jepang dan Mediterania. Latihan ini sempat menuai kritik.

Yang mengatakan, Cina dan Rusia adalah rekan kerja sama strategis yang sudah sering melakukan latihan bersama. "Kali ini, latihan akan memperdalam rasa saling percaya, juga memperluas kerja sama," kata dia.

Yang berharap, kedua negara bisa meningkatkan kesepakatan bersama dalam menghadapi ancaman keamanan. Juga, saling memberi keuntungan dalam hal stabilitas, perdamaian global, dan regional.

Cina dan Rusia adalah anggota Dewan Keamanan PBB yang saling memanfaatkan veto untuk menguntungkan satu sama lain. Kedua negara punya pandangan yang sama dalam isu-isu utama, seperti krisis Suriah.

Mengenai isu Laut Cina Selatan, Rusia selama ini tidak menunjukkan sikap mereka secara langsung. Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin mendukung posisi Cina dalam kasus arbitrase yang dimenangkan Filipina.

Cina mengklaim hampir sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan. Namun, klaim itu tumpang tindih dengan sejumlah negara, seperti Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.

Cina telah berulang kali menyalahkan AS karena meningkatkan ketegangan di wilayah. AS melakukan patroli politik dan menyatakan posisinya melawan Cina dalam sengketa.    rep: Lida Puspaningtyas/reuters, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement