Jumat 29 Jul 2016 13:00 WIB

Trump Desak Rusia Temukan Email Clinton

Red:

NEW YORK--Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, mendesak Rusia untuk segera menemukan email Hillary Clinton yang hilang selama ia menjadi menteri dalam negeri. Pernyataan Trump tersebut kontan mendapat kecaman dari rival Demokratnya, bahkan Presiden Barack Obama.

"Rusia, dengarlah, semoga saja Anda dapat menemukan 30 ribu email yang hilang. Saya rasa Anda mungkin akan dihargai mati-matian oleh pers kami!" katanya seperti dilansir Aljazirah, Kamis (28/7).

Trump juga menolak anggapan Rusia telah berusaha memengaruhi pemilu Amerika Serikat. Trump juga membantah klaim yang menyatakan perannya dalam kebocoran email tersebut. Ia mengatakan, insiden menggambarkan bahwa itu merupakan tanda negara asing tak lagi menghormati AS.

Namun, Trump berulang kali menolak mengutuk tindakan Rusia atau kekuatan asing lain yang berusaha campur tangan dalam pemilu AS. Demokrat menuduh Trump memiliki hubungan dekat dengan Vladimir Putin.

Kampanye Clinton menanggapi dengan cepat pernyataan Trump. Mereka mengatakan untuk pertama kalinya, calon presiden secara aktif mendorong kekuatan asing melakukan spionase pada lawan politiknya.

"Ini telah berubah dari masalah rasa ingin tahu dan soal politik menjadi isu keamanan nasional," kata tim kampanye Clinton dalam sebuah pernyataan.

Namun, tak lama setelah komentar Trump, pasangannya, Mike Pence, justru mengambil sikap berbeda. Ia memperingatkan, ada konsekuensi serius jika Rusia campur tangan dalam pemilu Amerika Serikat.

"Jika itu adalah Rusia dan mereka ikut campur dalam pemilihan kita, saya dapat meyakinkan Anda, kedua belah pihak dan Pemerintah Amerika Serikat akan memastikan ada konsekuensi serius," kata Pence dalam sebuah pernyataan.

Menurut the Washington Post, email yang dikutip Trump merupakan email dari server pribadi Clinton saat menjabat sebagai menteri luar negeri. FBI menyimpulkan, tak perlu ada penuntutan akan hal itu meski direktur FBI mengatakan itu tindakan ceroboh.

Email ini berbeda dengan bocoran email dari Komite Nasional Demokrat (DNC) yang bocor menjelang konvensi partai. Untuk kasus ini, Rusia diduga terlibat, FBI menyatakan sedang menyelidiki dugaan peretas asal Rusia bertanggung jawab atas insiden yang menyebabkan mundurnya Ketua DNC Debbie Wasserman Schultz.

Presiden Obama mengatakan, ada kemungkinan bahwa Rusia akan mencoba memengaruhi pemilihan presiden di AS. Ini diungkapkan Obama, setelah ahli mengaitkan kebocoran email DNC dengan peretas Rusia.

"Segalanya mungkin. Saya tahu para ahli telah mengaitkan ini dengan Rusia," kata Obama dalam sebuah wawancara yang disiarkan NBC, Selasa (26/7).

Obama mengatakan, FBI sedang menyelidiki kebocoran lebih dari 19 ribu email DNC. "Sejauh yang kita tahu adalah Rusia meretas sistem kami, bukan hanya sistem pemerintahan, melainkan juga sistem swasta," kata Obama seperti dilansir al-Arabiya, Rabu (27/7).

Obama menambahkan, ia tak bisa mengatakan secara langsung apa motif kebocoran itu. Namun, menurutnya, yang ia tahu pasti adalah Donald Trump berulang kali menyatakan kekagumannya kepada Putin.

Wakil Presiden Joe Biden juga melontarkan komentarnya terkait pernyataan Trump. Menurutnya, Trump tak layak menjadi 'panglima tertinggi' AS.

"Kita tak bisa memilih orang yang meremehkan sekutu terdekat kita dan malah merangkul diktator seperti Vladimir Putin," kata Biden, dilansir the Washington Post.

Sementara, Ketua Komite Intelijen Dewan dari Partai Republik Devin Nunes mengatakan, setiap spekulasi tak berdasar. Menurutnya, tak ada bukti bahwa Rusia sedang memengaruhi pemilihan AS.

Dalam serangkaian pernyataannya di akun Twitter, juru bicara Trump Jason Miller mengatakan, kandidat itu hanya mendorong negara-negara lain untuk menyerahkan informasi apa pun yang berkaitan dengan email Clinton ke otoritas AS. "Supaya jelas, Trump tak menyerukan atau mengundang Rusia atau orang lain untuk meretas email Hillary Clinton hari ini," katanya.   rep: Gita Amanda/reuters, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement