Selasa 26 Jul 2016 14:00 WIB

Trump Pertahankan Ide Larangan terhadap Muslim

Red:

WASHINGTON -- Kandidat resmi untuk pemilu presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, tidak berubah pikiran soal larangan Muslim di AS. Dalam perkembangan terbaru, ia malah memperluas larangan tersebut.

Pekan ini, Trump menegaskan tidak akan mundur soal proposal melarang Muslim masuk AS. "Negara ini harus segera menghentikan imigrasi dari negara mana pun yang terkait terorisme," kata Trump. Ia tidak menyebut Muslim.

Banyak orang menyimpulkan, Trump sudah melunak. Karena, ia mendapat tekanan dari sekutu-sekutu utamanya, termasuk pasangan wakil presiden untuk lebih hati-hati dalam menyinggung Muslim.

Saat wawancara dengan Chuck Todd dalam "Meet the Press" di NBC, Sabtu (23/7), Trump menjelaskan ucapannya. "Orang-orang marah ketika saya menyebut Muslim, jadi saya tidak masalah tidak mengatakan itu. Tapi ingat, sekarang saya menyasar teritorial dan ini lebih dari pada sekadar Muslim," kata Trump.

Trump mengatakan, larangannya sesuai dengan konstitusi AS, karena untuk menjaga keamanan. "Saya mencintai konstitusi kita, saya menghargainya. Kita akan membuat larangan ini demi negara kita," katanya kepada Todd.

Todd mendesak Trump dengan bertanya soal Jerman dan Prancis. Menurutnya, kedua negara Eropa itu sedang berhadapan dengan masalah terorisme. "Apakah Anda akan melarang penduduk dari dua negara ini juga?," kata Todd. Trump menghindar dari menjawab pertanyaan itu.

Selama wawancara, ia juga diminta menjelaskan pernyataannya soal NATO di New York Times. Trump mengatakan, jika negara sekutu diserang, AS mungkin tidak akan membela. Pemimpin mayoritas senat, Mitch McConnel mengatakan, komentar itu sangat bermasalah.

Trump kemudian berkomentar bahwa McConnell 100 persen salah. Menurutnya, sebagai presiden, ia akan meminta negara NATO untuk membantu membayar pertahanan mereka sendiri. "Maksud saya, mereka harus membayar," kata Trump.

Trump telah menentang Muslim di seluruh dunia untuk masuk negaranya sejak insiden di San Bernardino pada Desember 2015. Pascaserangan tersebut, Trump menyeru agar otoritas menghentikan sepenuhnya gelombang Muslim memasuki AS.

Pernyataan itu masih terpampang di situs kampanye miliuner asal New York tersebut. Posisi ini membuat Trump jadi calon paling kontroversial. Hal ini pula yang membuat pejabat-pejabat kunci di Partai Republik sendiri menolak mendukung kampanye Trump.

Setelah jadi nominasi, ia tampak melunak. Pada bulan Mei, ia menyebut larangan Muslim itu hanya saran dan ia terbuka pada ide lain. Pada Juni, setelah serangan di klub malam gay Orlando, Trump kembali berkomentar, kali ini tanpa menyebut Muslim.

"Larang orang tertentu dari tempat dengan terorisme terburuk di dunia, anda tahu di mana," kata Trump saat itu. Ia melebarkan tuduhannya, tidak hanya pada kelompok tertentu.

Masih di bulan yang sama saat Trump berkunjung ke Skotlandia, reporter bertanya jika orang Skotlandia boleh masuk AS. Saat itu ia menjawab tidak masalah. Namun, kemudian Juru bicara Hope Hicks mengatakan, Trump akan melarang Muslim Skotlandia atau negara damai lain yang berisiko terkait terorisme.

Saat ini, sebagian besar sekutu Trump ingin dia tidak lagi menyasar soal larangan berdasarkan agama. Gubernur Indiana, Mike Pence, yang juga pasangan Trump, mengkritik proposal Trump yang diungkapkan pada awal kampanyenya itu.    rep: Lida Puspaningtyas, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement