Sabtu 23 Jul 2016 19:27 WIB

Serangan Nice Direncanakan Sejak 2015

Red: Arifin

PARIS -- Penyelidikan terbaru menemukan bahwa pelaku serangan dengan bus di Nice, Prancis, telah merencanakan aksi ini sejak 2015.

Jaksa Prancis, Francois Molins, mengatakan, Mohamed Lahouaiej-Bouhlel juga menerima bantuan logistik dari lima orang untuk melancarkan aksinya.

Dalam konferensi pers pada Kamis (21/7), Molins mengatakan, salah satu pelaku bahkan merekam aksi penyerangan saat Bastile Day tersebut. Kelima pelaku yang membantu Bouhlel ini akan menghadapi dakwaan terkait terorisme.

Lima orang tersebut terdiri dari empat pria dan satu perempuan yang berusia 22-40 tahun. Dua di antaranya adalah pasangan asal Albania yang memberikan Bouhlel sebuah pistol. "Mereka akan dihadirkan ke pengadilan secepatnya," kata Molins. 

Pelaku lain adalah pria berusia 22 tahun yang menerima pesan teks dari Bouhlel pada malam saat kecelakaan. Isi pesan tersebut membahas pasokan persenjataan. Polisi menemukan sebuah senapan Kalashnikov dan amunisi di rumah Bouhlel. Molins mengatakan, informasi dari ponsel pria asal Tunisia itu mengindikasikan bahwa ia telah mempelajari aksinya sejak tahun 2015.

Masih belum jelas motif pelaku. Namun, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim serangan tersebut. Mereka menyebut Bouhlel sebagai salah satu tentaranya. Sementara, polisi tidak pernah memasukkannya dalam daftar terduga terorisme. Bouhlel tewas ditembak setelah menewaskan 84 orang.

Pascaserangan, Prancis memperpanjang keadaan darurat hingga akhir Januari 2017. Langkah ini memberi polisi kekuasaan lebih untuk melakukan pencarian terduga teroris dan menangkapnya tanpa surat perintah.

Pemerintah juga meluncurkan penyelidikan aksi polisi pada 14 Juli. Saat itu, muncul klaim bahwa jumlah polisi terlalu sedikit untuk mengadang truk Bouhlel sehingga jumlah korban tinggi.

Surat kabar lokal, Liberation, melaporkan saat itu hanya satu mobil polisi lokal yang bertugas di lokasi. Padahal, saat itu perayaan Bastile Day cukup meriah. Namun, klaim ini ditentang banyak pihak, termasuk Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve.

Menurutnya, Liberationmerujuk pada polisi lokal yang berada di jalan berbeda. Cazeneuve mengatakan, ada enam polisi nasional yang berada di lokasi dan menangani serangan truk saat itu.

Menurutnya, saat itu juga ada dua mobil polisi nasional yang bertugas di sana.

Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan, penyelidikan akan dilakukan oleh inspektorat kepolisian nasional. Laporannya akan tersedia pekan depan. Sehingga, situasi bisa tergambarkan.

Banyak kritik muncul dari polisi yang menyebut sistem blokir jalan mudah diterobos.

Penyelidikan ini akan melihat detail bagaimana area yang digunakan untuk acara kerumunan itu dijaga. Politikus sayap kanan menuduh Partai Sosialis tidak mengatur dengan baik strategi pengamanan sehingga tidak cukup untuk melindungi publik.    rep: Lida Puspaningtyas/reuters, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement