Selasa 14 Jun 2016 13:00 WIB

Menghapus Jejak Islam dan Kristen di Peta Yerusalem

Red:

Berbagai pengunjung, baik berpasangan, berkelompok, maupun per keluarga kerap memadati loket taman arkeologi Kota Daut, yang terletak di jantung wilayah Palestina di Yerusalem Timur. Ini merupakan wilayah wisata permukiman yang dikelola oleh Elad, sebuah organisasi politik pribadi yang memfasilitasi pembelian dan pengambilalihan rumah-rumah warga Palestina di Kota Tua.

Situs Kota Daud tertulis dalam huruf merah besar dengan cetak tebal di peta resmi Kota Tua yang dikeluarkan Kementerian Pariwisata Israel. Peta ini didistribusikan secara gratis di pusat-pusat informasi resmi wisatawan di Yerusalem.

Namun, seperti dilansir Aljazirah, ada yang berbeda dari peta keluaran Israel tersebut. Kompleks Masjid al-Aqsha atau yang dikenal dengan al-Haram al-Sharif atau Noble Sanctuary hanya disebut dengan nama Yahudi, yakni Temple Mount. Masjid al-Aqsha diilustrasikan di peta resmi Kota Tua tanpa nama, sementara Dome of the Rocks disebutkan dalam peta. Sementara, puluhan situs yang kebanyakan permukiman Yahudi di wilayah Muslim dan Kristen Kota Tua justru disorot dengan nomor panduan dalam peta Kota Tua.

Di antara 57 situs yang diberi nomor, hampir setengah dari wilayah itu merupakan bangunan yang ditempati oleh warga Yahudi di wilayah Muslim. Sejumlah yeshiva atau sekolah agama Yahudi dan rumah ibadah dibeli oleh orang-orang Yahudi di wilayah Muslim di Kota Tua. Ini semua dikelola oleh Ateret Cohanim, sebuah organisasi sayap kanan Yahudi yang bertujuan menggantikan warga Palestina dengan para pemukim Yahudi.

Seperti Elad, Ateret Cohanim juga merupakan kelompok permukiman nasionalis. Dalam beberapa tahun terakhir mereka melakukan kampanye untuk mengusir keluarga Palestina dari rumah mereka di Kota Tua.

Direktur Hubungan Internasional dan Advokasi LSM Ir Amim, Betty Herschman, mengatakan, ada banyak situs yang secara historis tak penting, tapi diatur oleh pemukim Yahudi. "Ini merugikan situs Kristen dan Muslim yang secara historis relevan, yang semestinya jauh lebih diprioritaskan di peta Kota Tua sebagai wilayah tiga agama monoteis besar," kata Herschman.

Kota Daud terlihat dalam peta, tapi lingkungan Silwan yang mengelilinginya tak diberi nama. Wilayah Palestina lain, seperti At-Tur, Wadi al-Joz, dan Issawiya juga tak muncul. Namun, permukiman seperti Maale Har Hazeitim diberi label dengan Bintang Daud.

"Peta ini selain menghapus tempat suci penting Muslim dan Kristen di Kota Tua, benar-benar menghapus semua lingkungan (Palestina) di wilayah bersejarah, menggantikannya dengan nama-nama Ibrani dan nama permukiman," kata Herschman kepada Aljazirah.

Permukiman ini, tambah Herschman, dibangun oleh pemukim radikal di jantung lingkungan Palestina, yakni Bet Orot yang bahkan tak dimunculkan dalam peta. Padahal, menurut Herschman, mempertahankan identitas Palestina di Yerusalem Timur penting dalam "solusi dua negara."

"Peta tersebut melegitimasi permukiman swasta di wilayah bersejarah," ujarnya.

Menurutnya, ini merupakan bentuk konsolidasi kendali Israel di titik paling kritis di Yerusalem. Ini melibatkan konsekuensi politik yang sangat penting.

Tak hanya situs Muslim, Aziz Abu Sarah, pendiri Mejdi Tours, mengatakan, menurut perspektif bisnis, semestinya peta wisata menunjukkan harta kota. Menurutnya, sebagai orang yang dibesarkan di Yerusalem, Gereja St Anne merupakan salah satu tempat paling menakjubkan, tapi tak ada dalam peta.

"Ini bukan keputusan cerdas," katanya.

Menanggapi hal ini, Kementerian Pariwisata Israel membela diri. Menurut mereka, peta diproduksi bekerja sama dengan pemandu wisata dan telah memperhitungkan rekomendasi dan informasi luas yang telah mereka kumpulkan untuk menyusun daftar situs wisata utama.   Oleh Gita Amanda, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement