Senin 30 May 2016 14:00 WIB

PBB: Lebih dari 700 Pengungsi Tenggelam

Red:

POZZALO — Badan pengungsi PBB, UNHCR, mengkhawatirkan lebih dari 700 pengungsi yang mungkin tenggelam di tiga bangkai kapal di Laut Mediterania, selatan Italia, dalam beberapa hari terakhir. Juru bicara UNHCR untuk Eropa, William Spindler, mengatakan, ada beberapa insiden di Mediterania pekan ini.

"Yang pertama adalah Rabu, yang secara luas dilaporkan. Sebuah perahu terbalik, membawa sekitar 600 orang. Beberapa orang dari mereka masih hilang," katanya kepada Aljazirah, Ahad (29/5).

Insiden kedua terjadi pada Kamis dan insiden ketiga pada Jumat. "Secara total, kami khawatirkan dalam tiga insiden ini lebih dari 700 orang hilang, diduga tenggelam," ujar dia.

Sejumlah kapal saat ini mencoba membuat jalan dari Libya ke Italia. Beberapa operasi penyelamatan tiga kapal tenggelam sedang berlangsung. Spindler mengatakan, perlu dilakukan penghentian pengungsi yang melintasi laut dengan perahu kecil. "Sangat sulit untuk mencegah orang melakukan hal ini," katanya menegaskan.

Menurut Splinder, yang perlu dilakukan adalah menawarkan alternatif hukum untuk para pengungsi yang paling rentan melakukan perjalanan ke Eropa. "Alasan orang-orang yang melakukan perjalanan berbahaya ini adalah karena mereka tidak memiliki pilihan," ujarnya.

Juru bicara UNHCR Carlotta Sami mengatakan kepada kantor berita Associated Press melalui telepon, diperkirakan 100 orang hilang dari kapal penyelundup yang terbalik Rabu. Ia mengatakan, sekitar 550 orang lainnya hilang dari kapal yang tenggelam pada Kamis (26/5) pagi itu.

Sementara, para pengungsi mengatakan, perahu yang membawa sekitar 670 orang tidak memiliki masalah mesin dan sedang ditarik kapal penyelundup lain sebelum terbalik. Sekitar 25 orang selamat dari insiden tersebut, 79 lainnya diselamatkan oleh kapal patroli, dan 15 jasad ditemukan.

Sami mengatakan, lebih dari 45 jasad ditemukan dari kapal karam pada Jumat (27/5) dan banyak yang dilaporkan hilang.

Penyelamatan

Sementara itu, sebuah armada kapal menyelamatkan 668 pengungsi dari kapal-kapal di Laut Mediterania pada Sabtu (28/5). Pihak berwenang Italia mengatakan, jumlah tersebut menambah total pengungsi yang berhasil diselamatkan dari laut menjadi 13 ribu jiwa.

Penyelamatan dilakukan oleh penjaga pantai dan kapal angkatan laut Italia. Mereka dibantu oleh kapal Irlandia dan Jerman serta kelompok-kelompok kemanusiaan dan terakhir dengan bantuan patroli multinasional dari Pulau Sisilia.

Dilansir the Guardian, militer Irlandia mengatakan, kapal Le Roisin menyelamatkan 123 orang dari perahu karet sepanjang 12 meter. Sebuah kapal Jerman, menurut penjaga pantai Italia, terlibat dalam empat operasi penyelamatan terpisah. Sementara, kapal angkatan laut Italia membawa 135 korban selamat dan 45 mayat dari penyelamatan sehari sebelumnya.

Juru bicara Save The Children Giovanna Di Benedetto mengatakan kepada Associated Press, menurut korban selamat, mereka melihat sebuah kapal nelayan penuh dengan ratusan orang tenggelam pada Kamis (26/5). Menurut korban, dua kapal nelayan penyelundup berlayar pada Rabu malam dari Libya. Di Benedetto mengatakan, korban selamat berada di kapal yang tak tenggelam bersama 500 orang lainnya.

"Semua ini harus dikonfirmasi, tapi jika benar sebanyak 400 orang bisa tenggelam dan hanya sedikit dari mereka yang bisa mencapai kapal lain," ujarnya.

Pihak berwenang mengatakan, banyak kapal dalam beberapa tahun terakhir tampaknya telah tenggelam tanpa jejak di Mediterania, dengan orang yang tewas tidak pernah ditemukan. Sering kali satu-satunya berita tentang mereka datang ketika anggota keluarga di Afrika atau Eropa memberi tahu pihak berwenang bahwa orang yang mereka cintai tidak pernah tiba setelah berlayar dari Libya.

Di bawah kesepakatan Uni Eropa, puluhan ribu orang yang diselamatkan di laut dan mencari suaka seharusnya dipindahkan ke negara-negara Uni Eropa lainnya selain Italia dan Yunani yang merupakan tempat "pendaratan" pertama. Tetapi, pertentangan di beberapa negara Eropa mengenai mengambil lebih banyak pengungsi membuat rencana tersebut tidak pernah benar-benar terealisasi. Hanya sebagian kecil dari mereka yang dijadwalkan untuk direlokasi yang benar-benar dipindahkan.   rep: Melisa Riska Putri/Gita Amanda/ap, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement