Senin 30 May 2016 14:00 WIB

Protes Anti-Muslim Berujung Kekerasan di Australia

Red:

MELBOURNE — Pengunjuk rasa dari kelompok anti-Islam terlibat bentrokan fisik dengan kelompok antirasialisme di jalan-jalan Melbourne, Australia, Sabtu (28/5). Akibatnya polisi terpaksa menggunakan semprotan merica dan menangkap tujuh orang demonstran dalam upaya meredakan bentrokan.

Dilansir Aljazirah, tujuh orang juga ditangkap di Coburg, pinggiran utara Melbourne, setelah pengunjuk rasa anti-Islam mulai berkelahi dengan pengunjuk rasa dari kelompok antirasialisme. Dari gambar yang beredar di televisi, tampak demonstran anti-Islam menggunakan bendera Australia untuk menyerang demonstran lain.

 

Dalam satu insiden, anggota United Patriots Front (UPF) yang menggelar kampenye anti-Islam dan antimigran terjatuh ke jalan dan ditendang beberapa kali oleh aktivis antirasialisme.

 

Pada Sabtu, para pengunjuk rasa dari kelompok True Blue Crew dan UPF menggelar kampanye "Stop the Far Left", bersamaan dengan digelarnya demo "No to Racism." Dua kelompok yang merencanakan aksi unjuk rasa di Jembatan Reserve itu berupaya memecah garis polisi setelah mereka dipisahkan. Sekitar 500 polisi antihuru-hara dikerahkan untuk memisahkan mereka.

Daily Mail melaporkan, pemimpin UPF Blair Cottrell mengancam saingannya dengan mengatakan kekuatan dan teror akan digunakan sebelum ia mengatakan bahwa pendukung antirasialisme akan hancur.

Sementara, kelompok demo "No to Racism", yang terdiri dari kelompok Anti Fascist Action, berkumpul untuk memprotes sejumlah hal. Mereka memprotes pengakhiran paksa komunitas Aborigin, pusat penahanan lepas pantai, dan Islamofobia. Serangan terhadap komunitas Muslim Australia memang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada November, sebuah survei oleh Western Sydney University menemukan bahwa umat Islam di Australia mengalami tindakan rasialisme tiga kali lipat di atas rata-rata nasional.

Menanggapi bentrokan tersebut, Kepala Kepolisian di Negara Bagian Victoria Sharon Cowden mengutuk insiden tersebut. Ia menyebut bentrokan sebagai aksi kekerasan dan perilaku pengecut yang tak pantas. "Kami melihat perilaku yang tak pantas dan pengecut dari orang-orang yang mengenakan masker dan menyembunyikan identitas mereka," katanya. Sejumlah pengunjuk rasa memang mengenakan masker Guy Fawkes.

Hal senada juga disampaikan Perdana Menteri Malcolm Turnbull. Ia mengatakan, selama ini Australia dikenal dengan masyarakatnya yang multikultural dan paling sukses dengan hal itu di dunia. Turnbull meminta kedua kelompok saingan saling menghormati.

"Kita bersatu, kita memiliki begitu banyak kesamaan, dan kita lebih kuat serta makmur sebagai bangsa karena keanekaragaman itu," ujarnya.

Pemimpin Partai Green Richard Di Natale menyalahkan kerusuhan ini pada perdebatan mengenai para pencari suaka di Australia. Menurutnya, Partai Green dan pemerintah harus bisa mengendalikan komentar mereka terkait hal itu.

"Ini memberikan kontribusi mengenai politik rasialis yang jelek. Konsekuensinya adalah adegan buruk yang kita lihat di Melbourne hari ini," kata Di Natale.

Hingga saat ini polisi masih melanjutkan pemeriksaan mereka terkait bentrokan. Mereka menyatakan akan memeriksa rekaman kamera pemantau untuk menyeret provokator kerusuhan ke pengadilan.   rep: Gita Amanda, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement