Jumat 29 Apr 2016 15:00 WIB

Dubes Iran: Kerja Sama Perbankan Jadi Tantangan Terbesar

Red:

Pengangkatan sanksi dan embargo terhadap Iran telah membuat negara republik Islam ini semakin melebarkan sayap, termasuk ke Indonesia. Duta Besar Iran untuk Indonesia Valiollah Mohammadi mengatakan, Iran siap memperdalam hubungan diplomatik dengan Indonesia.

"Indonesia memiliki tempat tersendiri di Iran, begitu juga sebaliknya," kata Mohammadi saat berkunjung ke kantor Republika, Kamis (28/4).

Menurut dia, kedua negara memiliki banyak potensi untuk saling berkembang dan bekerja sama, terlebih setelah pencabutan sanksi internasional terhadap Iran. Kedua negara bisa memperdalam hubungan melalui beragam bidang.

Dalam bidang ekonomi, Mohammadi mengatakan, kedua negara bertekad menggali lebih banyak hal, misalnya bidang pertanian. "Iran sangat tertarik dengan kertas, karet, tekstil, kopi, juga teh dari Indonesia," kata dia.

Sebaliknya, Indonesia bisa mengharapkan perdagangan, tenaga listrik, minyak, gas, juga energi terbarukan dari Iran. Menurut Mohammadi, banyak pengusaha melihat peluang. Namun, salah satu yang masih menjadi masalah adalah sistem perbankan kedua negara yang belum terhubung.

Dalam mengatasi masalah ini, Iran telah mengirim perwakilan ke Indonesia untuk menyelesaikannya. Pasalnya, jika masalah bisa diatasi, beragam hubungan perdagangan bisa menjadi lebih mudah.

 

Iran menganut sistem perbankan syariah. Namun, kata Mohammadi, hal itu tidak menjadi hambatan untuk menjalin kerja sama perbankan dengan Indonesia. Buktinya, Iran sudah menjalin kerja sama dengan perbankan negara-negara lain.

 

Pada 2011, hubungan ekonomi dua negara mencapai 2 juta dolar AS. Namun, seiring sanksi internasional terhadap Iran, nilainya menurun. Saat ini, sanksi dan embargo telah diangkat dan jika sistem perbankan diatasi, Mohammadi yakin nilainya akan melebihi sebelumnya.

Selain hubungan ekonomi, Iran dan Indonesia juga bisa bekerja sama dalam memerangi terorisme dan memperkuat hubungan sesama negara Islam. Iran telah menggelar banyak konferensi negara-negara Islam dan menghadiri banyak konferensi bertema serupa.

Dalam konflik wilayah, Iran menjunjung tinggi penyelesaian masalah melalui dialog. "Kami telah membuktikannya, bukan dengan koalisi militer, melainkan dengan dialog," kata Mohammadi. Ia memberikan contoh saat Saddam Hussein menyerang Iran dengan senjata dan memaksakan perang selama delapan tahun.

Namun, Iran memilih jalur dialog hingga bisa memenangi perseteruan. "Menurut kami, penyelesaian dengan senjata hanya merugikan masyarakat," kata dia.

 

Selama perang, banyak dana dihabiskan untuk bertempur. Sementara, dengan dialog, kata Mohammadi, dana pertempuran bisa dialihkan untuk kesejahteraan penduduk. Dalam konflik di wilayah, Iran juga menggarisbawahi hubungannya dengan Arab Saudi. Kedua negara ini kini tidak punya hubungan diplomatik karena insiden penyerangan Kedutaan Arab Saudi di Iran.

Mohammadi mengatakan, Iran siap membuka kembali hubungan dengan Arab Saudi pascapemutusan hubungan diplomatik sepihak oleh Arab Saudi. Iran bersedia melakukan dialog. "Kami siap menyelesaikan persoalan," kata Mohammadi.

Diplomat ini menceritakan, kronologi penyerangan Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran yang menjadi pemicu ketegangan antara dua negara. Menurut dia, saat penyerangan oleh sekitar 100 orang, tidak ada diplomat Saudi di dalam kedutaan. "Pelaku penyerangan pun sudah ditindak dan dinyatakan bersalah," kata dia.

Saat Presiden Indonesia Joko Widodo mengirim utusan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan memberi saran untuk hubungan dua negara, Mohammadi siap menjalankan. Namun, masalah ini tetap harus diselesaikan kedua negara.

 

Mohammadi menjelaskan, pernyataan dari pemimpin Iran, Hassan Rouhani, saat konferensi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Turki telah jelas. Bahwa Iran siap berdialog dengan berbagai negara di kawasan, termasuk Saudi.

 

Dalam memerangi ISIS, Iran mengingatkan bahwa kelompok ini terbentuk karena dukungan dari sejumlah negara. Hingga kini ekstremis telah jadi ancaman internasional. "Untuk mengatasinya, kita perlu mengesampingkan persekutuan antara kita dan bersatu dalam upaya internasional," katanya.

Mohammadi juga menggunakan kesempatan ini untuk meluruskan tuduhan sejumlah negara soal Iran mengintervensi urusan negara lain, seperti Suriah, Lebanon, dan Irak.

"Kami hanya menyambut permintaan mereka untuk menolong memerangi kelompok garis keras," kata Mohammadi. Menurut dia, negara-negara itu juga telah berterima kasih atas bantuan Iran.   Oleh Lida Puspaningtyas, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement