Selasa 19 Apr 2016 13:00 WIB

Israel Klaim Dataran Tinggi Golan Selamanya

Red:

GOLAN — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Ahad (17/4), bersumpah bahwa Dataran Tinggi Golan selamanya akan berada di tangan Israel. Ia mengatakannya saat rapat kabinet pertama di wilayah okupasi. "Saya memilih untuk menggelar rapat kabinet di Golan Height untuk mengirim pesan jelas bahwa Dataran Tinggi Golan akan selamanya berada di tangan Israel," kata Netanyahu saat rapat.

Ia juga menyeru agar komunitas internasional mengakui kedaulatan Israel. Dataran Golan merupakan wilayah yang direbut Israel dari Suriah pada Perang 1967. Aneksasi Golan juga dilakukan Israel pada 1981, tetapi hal itu tidak akui secara internasional. Suriah meminta Israel mengembalikan wilayahnya.

"Ini waktunya. Setelah 50 tahun, komunitas internasional akhirnya mengakui bahwa Golan akan selamanya berada di bawah kedaulatan Israel," katanya dikutip BBC.

Pernyataan itu muncul di tengah adanya isu bahwa pengembalian Golan akan jadi bagian dari negosiasi untuk perang sipil Suriah. Di Golan, ada lebih dari 30 permukiman Yahudi yang dihuni sekitar 20 ribu orang.

Aktivis HAM Suriah dari Majdal Shams, Golan, Mais Ibrahim, mengkritik keputusan Netanyahu menggelar rapat di wilayah permukiman Yahudi Golan, Maaleh Gamla.

"Kami adalah orang Suriah dan kami dibesarkan sebagai orang Suriah. Kami akan tetap jadi orang Suriah terlepas dari apa yang Israel katakan dan siapa yang mengendalikan Suriah, meski perang berlanjut 100 tahun lagi atau kami merdeka besok," kata Ibrahim, dikutip Aljazirah.

Menurut Pusat Hak Asasi Manusia (HAM) Arab Al-Marsad yang berbasis di Golan, lebih dari 131 ribu penduduk Suriah (termasuk Muslim, agama Druze, dan Kristen) keluar dari Golan ketika Israel menjajah 49 tahun lalu. Sedangkan, lebih dari 20 ribu orang, sebagian besar beragama Druze, tinggal di enam desa dan sekarang masih berada di wilayah pendudukan Israel.

Dari 33 permukiman Yahudi yang ada di Golan, ada sekitar 21 ribu orang pemukim yang dilindungi Pemerintah Israel. Namun, warga Suriah setempat menolak tawaran jadi warga negara Israel dan lebih memilih jadi warga tanpa kewarganegaraan.

Peneliti dan analis Suriah yang tinggal di Golan, Salman Fakheraldeen, menuduh Israel memanfaatkan kehancuran Suriah. "Israel memanfaatkan fakta bahwa Suriah adalah negara yang sedang runtuh," katanya merujuk perang sipil.

Padahal, fakta ini tidak menghapus hak mereka sebagai warga Suriah dari Golan. Al-Marsad juga menuduh Pemerintah Israel mencari pembenaran atas tindakan aneksasi ilegal mereka di Golan. Sejak konflik Suriah menyebar, pemerintah Netanyahu juga berinvestasi jutaan dolar untuk permukiman di Golan.

Afek Oil and Gas, sebuah perusahaan Israel, telah mendapatkan lisensi eksklusif untuk melakukan eksplorasi minyak di Golan bagian selatan. Afek adalah anak perusahaan dari Genie Energi Limited, perusahaan yang berbasis di New Jersey, AS. Mantan wakil presiden AS Dick Cheney adalah penasihat di sana.   rep: Lida Puspaningtyas, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement