Kamis 17 Mar 2016 17:00 WIB

Putin Setuju Lengserkan Assad

Red:

MOSKOW — Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat bahwa ia bersedia "membuang" Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai bagian dari kesepakatan mengakhiri konflik lima tahun di Suriah. Pengumuman ini muncul sebagai kejutan yang menyenangkan banyak pihak.

Sebelumnya, Putin mengatakan, misi militer Rusia lima bulan di Suriah telah mencapai tujuannya. Pesawat-pesawat tempur dan pasukan Rusia mulai meninggalkan pangkalan di Suriah pada 15 Maret, hanya beberapa jam setelah pengumuman mengejutkan Putin.

Dalam pengumuman itu, ia mengatakan, Rusia akan memulai secara parsial menarik mundur pasukan. Ia menyebut, kini waktunya untuk pengaruh maksimal bertepatan dengan ulang tahun kelima pemberontakan Suriah dan dimulainya kembali pembicaraan damai di Jenewa.

Pada 15 Maret, Suriah menandai ulang tahun kelima dari awal pemberontakan di negara mereka. Konflik dimulai pada 2011 dengan protes damai menentang Presiden Assad, namun berubah menjadi konflik bersenjata mematikan yang merenggut 250 ribu nyawa. Konflik bahkan menelurkan serangkaian kelompok teroris dan menyeret negara-negara tetangga dan kekuatan dunia.

Sementara tetap berhati-hati terhadap pengurangan militer Rusia, diplomat Barat memprediksi Putin sekarang siap mengorbankan presiden Suriah. Rusia melancarkan kampanye militer yang secara resmi diluncurkan untuk mengatasi kelompok teroris, namun sebagian besar difokuskan memperkuat tentara Suriah.

Para diplomat mengatakan, presiden Rusia telah mencapai tujuannya melindungi kepentingan Rusia di Suriah dan membangun kembali Rusia sebagai pemain utama di Timur Tengah. Mereka percaya Putin tdak memiliki keraguan menjatuhkan Assad selama ada kelanjutan dengan rezim Baath tua yang memungkinkan Rusia tetap menjadi pemain kunci dalam masa depan negara dan mempertahankan dua pangkalan militer di negara itu.

"Kami memahami Putin tidak terikat erat dengan Assad," kata seorang diplomat kepada the Independent, Rabu (16/3).

Diplomat lain berpendapat Rusia adalah kekuatan destabilisasi. "Jika akan ada transisi yang damai, dia tidak tinggal," katanya.

Banyak pihak tetap skeptis dengan motif sebenarnya di balik pengumuman Putin. Analis mengatakan, Putin akan mempertahankan banyak ruang untuk manuver. Sebuah pangkalan udara di Hmeymim dan pusat angkatan laut di Tartus, di mana keduanya berada di pantau Suriah, mengartikan Rusia akan mempertahankan kemampuannya untuk cepat hadir di negara tersebut. Tidak hanya itu, dengan meninggalkan sistem pertahanan udara S-400 yang kuat, akan mempertahankan pengawasan wilayah udara.

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Nikolai Pankov mengatakan, pesawat tempur Rusia masih akan menyerang "sasaran teroris." Ini merupakan istilah yang digunakan Rusia untuk membenarkan serangan terhadap pasukan oposisi yang lebih moderat serta sasaran sipil, seperti sekolah dan rumah sakit.

Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond mengatakan kepada House of Commons, Rusia telah membuat janji masa lalu untuk menarik pasukannya dari Ukraina yang kemudian ternyata hanya rotasi rutin pasukan. Delegasi oposisi Suriah secara resmi mengatakan, perlu menunggu dan melihat sebelum menilai apakah akan melakukan pengumuman serius.

Menteri Luar Negeri AS John Kery mengumumkan rencananya mengunjungi Moskow pekan depan dan mengatakan, dunia telah mencapai suatu fase yang sangat penting dalam upaya perdamaian.

Diplomat PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, menilai, pengumuman Putin adalah kemajuan besar. Ia mengatakan, krisis pengungsi, intervensi Rusia, dan ancaman ISIS telah memberikan negosiasi sebuah momentum baru.

Pertanyaan besarnya kini adalah langkah-langkah yang akan diperlukan untuk mengakhiri kekuasaan 16 tahun Presiden Assad. De Mistura berencana membuat badan transisi dan mengadakan pemilihan dalam waktu 18 bulan. Masih belum jelas siapa yang akan menjadi anggota dan apakah bisa menggulingkan Assad.

Di Jenewa, para pejabat dan peserta telah dibuat pusing oleh pengumuman mengejutkan Rusia. Di Hotel Royal, di mana oposisi tinggal untuk pembicaraan, beberapa anggota delegasi meneteskan air mata sukacita ketika mereka mendengar pengumuman Putin pada 14 Maret.  rep: Melisa Riska Putri, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement