Rabu 10 Feb 2016 18:00 WIB

Korsel, AS, dan Jepang Ancam Sanksi Berat

Red:

SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Park Geun-hye telah berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Selasa (9/2). Mereka sepakat mengupayakan sanksi PBB yang "kuat dan efektif" terhadap Korea Utara (Korut) setelah peluncuran roket pada Ahad (7/2).

Korut mengklaim peluncuran roket tersebut untuk mengirimkan satelit ke orbitnya. Tapi, AS dan para sekutunya yakin, peluncuran itu adalah tameng karena yang sesungguhnya adalah pengembangan teknologi rudal balistik yang bisa digunakan untuk membawa senjata nuklir melintasi Samudra Pasifik.

Dalam percakapan telepon, Park dan Obama sepakat mengenai sejumlah sanksi di luar PBB juga diperlukan untuk menghukum Korut. "Kedua pemimpin sepakat untuk bekerja sama untuk mengadopsi resolusi sanksi yang keras dan efektif. Ini adalah sikap bersama dari komunitas internasional terhadap uji coba nuklir Korut dan peluncuran roket menggunakan teknologi rudal balistik," demikian pernyataan Istana Kepresidenan di Seoul.

Dewan Keamanan (DK) PBB pada Ahad mengecam keras peluncuran roket oleh Korut dan berjanji akan mengambil tindakan. Sedangkan, AS bersumpah akan memastikan ke-15 anggota DK PBB menjatuhkan "konsekuensi serius" kepada Pyongyang sesegera mungkin.

Namun, Cina sebagai pemegang hak veto di DK PBB, enggan pada sanksi keras terhadap Korut yang baru mengaku menguji coba bom hidrogen. Cina memiliki posisi yang unik sebagai sekutu sekaligus tetangga Korut. Cina mendesak Korut untuk menghentikan pengembangan senjata nuklir dan program rudal balistiknya. Namun, AS meminta Cina untuk lebih tegas terhadap Korut.

Sanksi baru DK PBB memang masih belum diumumkan. Tapi, seorang diplomat mengatakan, AS ingin dunia internasional memperketat sanksi terhadap sistem perbankan Korut. Cina tampaknya enggan mendukung program ini karena mereka khawatir pada kondisi buruk di Korut yang saat ini didera kemiskinan.

Namun, para ahli menilai peluncuran roket oleh Korut kali ini menggunakan rancangan  yang nyaris identik dengan peluncuran pada 2012. Korut diperkirakan masih membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum berhasil mengembangkan rudal nuklir berjarak jauh. Roket yang diluncurkan pada Ahad masih menggunakan mesin lama untuk rudal jarak menengah yang menggunakan teknologi era Uni Soviet.

Momentum untuk TAAD

Pekan ini, petinggi militer AS akan membahas soal peluncuran roket bersama rekan timpalannya dari Korsel dan Jepang. AS dan Korsel sebelumnya mengumumkan mereka telah memulai pembahasan resmi terkait kemungkinan diturunkannya sistem pertahanan rudal yang canggih, yaitu Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), meski Cina keberatan. 

Menurut para ahli pertahanan rudal dan petinggi AS, langkah Korut mungkin akan membuka jalan bagi pengembangan sistem pertahanan rudal AS di Asia. Jika itu terjadi, langkah itu akan semakin meningkatkan ketegangan hubungan antara AS dan Cina serta mencederai hubungan Cina dan Korsel.

Sebelumnya, hubungan Cina dan AS cukup tegang oleh isu klaim Cina terhadap wilayah Laut Cina Selatan. Jika THAAD dipasang oleh AS, Cina khawatir sistem tersebut akan mengganggu sistem radar Cina. Kementerian Luar Negeri Cina telah menegaskan sikap mereka dalam hal ini.

"Saat membela keamanan negara sendiri, sebuah negara seharusnya tidak melumpuhkan kepentingan keamanan negara lain," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying.

Kantor berita Cina Xinhua mengatakan, pada Senin peluncuran THAAD hanya akan memicu perlombaan senjata di kawasan. "Tidaklah bijak bagi AS untuk bertindak di luar jarul hukum dan mengabaikan keberatan internasional hanya demi memenuhi kepentingannya sendiri menerapkan strategi Pivot to Asia," tulis Xinhua mengacu pada strategi Obama untuk meningkatkan kehadiran AS di kawasan Asia Pasifik.

Jepang yang telah lama khawatir pada perkembangan teknologi rudal Korut kini  mempertimbangkan untuk memasang THAAD untuk meningkatkan keamanan negaranya. Riki Ellison, pendiri Missile Defense Advocacy Alliance, mengatakan bahwa peluncuran roket yang dilakukan Korut dapat menjadi momentum tepat bagi Jepang untuk memasang THAAD.

AS memindahkan satu dari lima sistem THAAD ke Guam pada 2013 setelah muncul ancaman dari Korut. Kini, AS mempelajari untuk mengubah sistem pertahanan rudal Aegis di Hawaii menjadi fasilitas siap tempur.

THAAD dirancang untuk menangkis dan menghancurkan rudal balistik di dalam atmosfer atau di luar atmosfer pada saat rudal masih berada di lintasan. Sistem ini terbukti efektif dalam menangkis rudal balistik jarak pendek dan menengah.   reuters/ap ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement