Rabu 10 Feb 2016 15:00 WIB

Korea Utara Sang ‘Penantang’

Red:

Korea Utara (Korut) terus menantang. Negara Stalinis ini tampaknya tak gentar dengan berbagai kecaman internasional dan ancaman sanksi PBB terkait program nuklir dan roketnya. Setelah sekitar sebulan lalu Korut mendapat hujan kecaman pascaklaim ujicoba bom hidrogen, negara tersebut kembali melancarkan aksi "menantang", Ahad (7/2).

Seperti dilansir laman Bloomberg, televisi negara Korut mengatakan, Pyongyang telah berhasil meluncurkan roket jarak jauh yang menempatkan satelit ke orbit. Roket  dilaporkan menempatkan satelit pengamat Bumi bernama Kwangmyongsong 4 ke ruang angkasa.

Badan Antariksa Korut mengatakan pada Ahad, satelit yang juga dikenal dengan Bright Star 4 itu berhasil ditempatkan ke orbit kurang dari 10 menit setelah lepas landas. Tak sampai situ saja, Korut berjanji akan meluncurkan lebih banyak satelit seperti itu.

Klaim peluncuran satelit oleh Korut ini masih terus dianalisis oleh Amerika Serikat (AS)  dan Korea Selatan (Korsel). Komando strategis AS mengatakan telah mendeteksi rudal memasuki ruang angkasa. Sedangkan, militer Korsel mengatakan, roket telah  menempatkan objek ke orbit.

Washington dan Seoul serta sejumlah negara lain di kawasan menganggap peluncuran tersebut sebagai uji teknologi rudal lain yang dilakukan Korut. Kritik dari program roket juga mengatakan peluncuran digunakan sebagai uji teknologi untuk sebuah rudal jarak jauh.

Dugaan tersebut bukan tanpa alasan, mengingat Korut secara terbuka selama ini  mendorong program untuk memproduksi rudal nuklir yang disebut-sebut mampu  menyerang daratan AS.

Teknologi yang digunakan untuk meluncurkan satelit yang membawa roket ke ruang  angkasa ini disebut-sebut dapat pula digunakan untuk menembakkan rudal jarak jauh.  Roket dapat disebut peluncur ruang angkasa ketika mereka mengirim satelit ke orbit, tapi bisa juga menjadi rudal saat mereka membawa hulu ledak.

Para ahli mengatakan, untuk membawa roket ke orbit, dibutuhkan waktu sekitar 10 menit. Sementara, rudal akan memakan waktu sekitar 30 menit untuk "perjalanan" dari Korut ke Benua Amerika.

Para pejabat pertahanan Korsel mengatakan, Korut awalnya mengembangkan roket  Unha-3 pada 2012 yang memiliki potensi terbang hingga 10 ribu kilometer. Jarak  tersebut membuat Hawaii dan pantai barat laut AS dalam jangkauan. Roket Unga-3  setinggi 30 meter tersebut membawa satelit Kwangmyongsong-3 dengan berat 100  kilogram. Sementara, ukuran satelit dan roket yang diluncurkan pada Ahad lalu belum  diketahui.

Namun, Korut memang telah meningkatkan fasilitas landasan peluncuran Sohae sejak  diresmikan pada 2012. Gambar citra satelit menunjukkan negara tersebut telah  menyelesaikan perluasan menara luncur di sana pada akhir 2014. Langkah tersebut  dilakukan untuk mengakomodasi roket yang lebih besar.

Para analis mengatakan, jika Korut sukses meluncurkan roket sarat satelit dengan berat sekitar satu ton, kemungkinan besar negara itu mampu mengembangkan rudal jarak jauh bersenjata nuklir.

Menuai protes

Presiden Korsel Park Geun-hye mengutuk keras peluncuran roket pada Ahad. Ia  menyebut tindakan itu sebagai provokasi yang tak termaafkan.

Komandan pasukan Amerika-Korea Jenderal Curtis M Scaparotti juga merespons  peluncuran roket tersebut. "Korea Utara terus mengembangkan program misil balistik dan senjata nuklir mereka. Dan, itu adalah tanggung jawab kami, aliansi, untuk menjaga  pertahanan tetap kuat melawan ancaman-ancaman," kata Scaparrotti dalam sebuah  pernyataan.

Pascapeluncuran, kantor berita negara Korut KCNA menunjukkan gambar roket putih sedang meluncur. Di gambar lain tampak pemimpin Korut Kim Jong-un dikelilingi  pejabat militer yang sedang bersorak. Mereka tampaknya berada di pusat komando.

Peluncuran dan uji nuklir dipandang sebagai upaya pemimpin muda Korut tersebut demi meningkatkan legitimasi domestiknya menjelang Kongres Partai Berkuasa pada Mei mendatang.

Korut terakhir kali meluncurkan roket jarak jauh pada 2012. Kala itu mereka mengklaim meletakkan satelit komunikasi ke orbitnya. Tetapi, hingga kini tak ada sinyal yang pernah terdeteksi dari satelit itu.

"Jika dapat berkomunikasi dengan Kwangmyongsong-4, Korut akan belajar mengenai  cara mengoperasikan satelit di ruang angkasa. Bahkan, jika tidak, mereka akan  memperoleh pengalaman dengan peluncuran dan belajar lebih banyak mengenai  kemampuan sistem roket," ujar direktur dan ilmuan senior di Global Security Program of the Union of Concerned Scientists David Wright.

Roket lepas landas pukul 09.30 pagi waktu Seoul pada lintasan ke arah selatan seperti  yang direncanakan. Namun, waktu pelaksanaannya maju sebab awalnya Korut  mengatakan akan meluncurkan roket antara tanggal 8 hingga 25 Februari.  Oleh Gita Amanda reuters/ap ed: Yeyen Rostiyani

***

PBB Janjikan Sanksi Baru

Dewan Keamanan PBB mengutuk keras peluncuran roket jarak jauh Korea Utara  (Korut), yang diduga para pemimpin dunia sebagai tes uji rudal balistik. Badan PBB  tersebut menjanjikan untuk mengadopsi resolusi baru dengan sanksi signifikan.

Sebanyak 15 anggota Dewan Keamanan mengatakan sangat mengutuk peluncuran dan berjanji akan segera mengadopsi sebuah resolusi baru dengan langkah lebih lanjut yang signifikan. PBB juga menyiratkan akan mengeluarkan sanksi baru untuk Korut yang kini dipimpin rezim Kim Jong-un.

Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Samantha Power, mengatakan kepada  wartawan, tindakan Korut melakukan uji rudal dua kali berturut-turut merupakan aksi  permusuhan dan ilegal. Tetapi, menurutnya yang terpenting adalah Dewan Keamanan  harus bersatu, merujuk pada Cina.

"Cina adalah pemain penting. Kami berharap Cina seperti semua anggota Dewan akan  melihat adanya ancaman bagi perdamaian dan keamanan regional serta internasional,  (Cina dapat) melihat pentingnya mengadopsi langkah kuat, yang belum pernah terjadi  sebelumnya melebihi perkiraan Kim Jong-un," ujar Power.

Tetapi, Duta Besar Cina untuk PBB, Lie Jieyi, mengatakan, sanksi yang belum pernah  terjadi sebelumnya itu bukan prioritas Beijing. Ia mengatakan, resolusi baru harus  mengurangi ketegangan, bekerja ke arah denuklirisasi di Semenanjung Korea,  mempertahankan perdamaian dan stabilitas, serta mendorong solusi negosiasi.

"Saya percaya Dewan perlu bekerja sama untuk sebuah resolusi baru," ujar Liu.

Sikap Cina diyakini akan memengaruhi keputusan akhir Dewan Keamanan PBB.  Alasannya, Cina adalah anggota tetap DK PBB yang memiliki hak veto.

Duta Besar Jepang untuk PBB Motohide Yoshikawa mengatakan, rudal merupakan  ancaman yang jelas bagi kehidupan banyak orang. DK PBB menggarisbawahi,  peluncuran menggunakan rudal balistik, bahkan jika itu untuk meluncurkan satelit ruang  angkasa, dapat berkontribusi terhadap pengembangan sistem senjata nuklir Korut. Hal  tersebut, menurut PBB, melanggar resolusi DK PBB mengenai uji nuklir pertama Korut  pada 2006.

Dilansir the Washington Post, penasihat keamanan nasional Presiden Barack Obama, Susan Rice, mengatakan hal senada. Menurutnya, peluncuran menggunakan rudal balistik merupakan pelanggaran mencolok dari Dewan Keamanan dan beberapa resolusi PBB.

"Program rudal dan senjata nuklir Korut merupakan ancaman serius terhadap  kepentingan kita, termasuk beberapa sekutu terdakat kami, dan merusak perdamaian dan keamanan kawasan yang lebih luas," ujar Rice dalam pernyataannya.

Rice juga menegaskan seruan kepada masyarakat internasional untuk berdiri bersama dan menunjukkan ke Korut bahwa tindakan nekat tersebut harus mendapat konsekuensi serius. Seruan tersebut terutama diarahkan ke Cina, sekutu Korut.

Tetapi, Cina tampaknya tak tertarik menindak tetangganya itu. Sebuah komentar dari  kantor berita Xinhua mengatakan, di tengah kritik dan kecaman yang harus diingat  adalah negosiasi merupakan satu-satunya solusi yang layak untuk keadaan di  Semenanjung Korea.

Sejauh ini serangkaian resolusi PBB telah melarang Korut melakukan uji coba nuklir  atau rudal balistik. Namun, rezim Kim menunjukkan kurangnya perhatian akan resolusi tersebut. Oleh Gita Amanda  ap ed: Yeyen Rostiyani

***

Si Bintang Terang

Korea Utara (Korut) pada Ahad (7/2) berhasil meluncurkan satelit Kwangmyongsong-4 ke ruang angkasa. Televisi negara Korea, KCTV, melaporkan, satelit pengamat Bumi tersebut lepas landas sekitar pukul sembilan pagi waktu setempat dari landasan luncur Sohae Space Center di Cholsan County, Provinsi  Phyongan Utara.

KCTV mengatakan, pemimpin Korut Kim Jong-un sendiri yang menandatangani  perintah peluncuran satelit tersebut pada Sabtu (6/2). Ini diungkapkan KCTV melalui foto tanda tangan Kim terkait izin peluncuran tersebut.

Kwangmyongsong-4, atau dalam bahasa Inggris disebut Bright Star 4 atau Bintang  Terang 4, semestinya baru akan diluncurkan antara 8 dan 25 Februari. Namun, pada 6 Februari Korut berubah pikiran. Cuaca terang membuat si Bintang Terang akhirnya  diluncurkan pada 7 Februari.

Kantor berita resmi Korut, KCNA, mengatakan, National Aerospace Development  Administration (NADA) menyatakan, satelit akan beredar pada kutub orbit dengan titik  terdekat dengan Bumi 494,6 kilometer dan titik terjauh dari Bumi 500 kilometer, di  sudut kemiringan 97,4 derajat.

Kwangmyongsong-4 memiliki periode orbit 94 menit 24 detik, dengan lintasan Bumi  berulang setiap empat hari. Korut menyatakan suksesnya peluncuran si Bintang Terang menandai pencapaian penting dalam perkembangan sains, teknologi, kemampuan ekonomi, dan pertahanan yang bertujuan independen serta damai. Dilansir Xinhua, peluncuran dilakukan sembilan hari sebelum Hari Shining Star, yakni ulang tahun almarhum pemimpin Korut Kim Jong Il. Peluncuran dipandang sebagai bagian dari acara perayaan ulang tahun tersebut.

Peluncuran satelit Kwangmyongsong-4 memicu Korsel dan Amerika Serikat untuk  mengumumkan rencana mereka menggunakan Terminal High Altitude Area Defence  (THAAD). Ini merupakan sistem pertahanan rudal lanjutan di Korsel yang  penggunaannya sangat ditentang oleh Cina dan Rusia. Namun, Korsel enggan  membicarakan kemungkinan THAAD secara terbuka.  Oleh Gita Amanda reuters ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement