Selasa 01 Dec 2015 15:00 WIB

Polisi Israel Bunuh Seorang Remaja Palestina

Red:

YERUSALEM -- Polisi Israel membunuh seorang remaja Palestina di Yerusalem Timur, Ahad (29/11) malam. Insiden penembakan terjadi sehari sebelum putusan terkait kasus pembunuhan pemuda Palestina, Senin (30/11).

Seperti dilansir Aljazirah, polisi Israel menembak seorang remaja Palestina di Yerusalem. Penembakan Ayman Samih Abassi (17 tahun) di wilayah pendudukan Yerusalem Timur, terjadi sehari sebelum putusan kasus pembunuhan Mohammed Abu Khdeir (16 tahun).

Dalam pernyataannya, polisi Israel mengatakan, petugas menembaki warga Palestina yang memegang "bom bensin" di wilayah Ras al-Amud. "Sekitar 10 bom bensin dilemparkan ke perbatasan polisi di Ras al-Amud," kata pernyataan itu.

Pada Ahad, seorang warga Palestina, Bassem Salah (38 tahun), dari Kota Nablus, Tepi Barat, juga tewas ditembak. Sebelumnya, ia diduga menusuk dan melukai seorang polisi perbatasan Israel.

Insiden terjadi di Gerbang Damaskus. Wilayah tersebut merupakan titik masuk utama untuk warga Palestina ke Kota Tua Yerusalem Timur.

Selain itu, pada Ahad, seorang wanita asing berusia 30 tahun mengalami luka ringan akibat penusukan di dekat halte bus di Yerusalem Barat. Dalam peristiwa itu, penyerang melarikan diri. Namun, polisi mengatakan, tersangka Palestina kemudian ditangkap dekat tempat kejadian. Rincian lebih lanjut tentang korban belum diketahui.

Pembunuhan Abu Khdeir

Sementara itu, pengadilan Israel menghukum tiga warga Israel dalam kasus pembunuhan Abu Khdeir. Pada Senin, tersangka utama dalam kasus dinyatakan bertanggung jawab oleh pengadilan distrik, tapi tak bersalah sebab pengacaranya mengajukan bahwa terdakwa tidak waras. Sedangkan, dua orang lainnya dinyatakan bersalah.

Abu Khdeir diculik, dipukuli, dicekik, lalu dibakar hidup-hidup pada 2 Juli 2014 oleh warga Israel. Para pelaku mengaku pembunuhan dilakukan sebagai balasan atas tewasnya remaja Israel di Tepi Barat.  

Pembunuhannya menyebabkan kerusuhan terburuk di Yerusalem dalam satu dekade. Kerusuhan kemudian menyebar ke kota-kota Palestina di Israel dan Tepi Barat.

Hanya beberapa hari setelah pembunuhan itu, perang Gaza dimulai. Perang menyebabkan kematian lebih dari 2.100 warga Palestina dan 73 Israel.

Keputusan hakim tersebut diperkirakan akan meningkatkan ketegangan antara Israel dan Palestina. Pada Ahad, Israel menangguhkan pembahasan konflik Palestina dengan para pejabat Uni Eropa. Dilansir Al-Arabiya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan penangguhan kontak diplomatik dengan lembaga-lembaga Uni Eropa dan perwakilannya terkait masalah ini.

"Penting untuk menyatakan dengan jelas, bahwa Israel menangguhkan pembicaraan diplomatik dengan negara-negara Eropa secara individual, seperti Jerman, Inggris, dan Prancis. Tapi, tidak dengan lembaga-lembaga Uni Eropa," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri dalam bahasa Ibrani.

Penangguhan pembicaraan dilakukan untuk menanggapi keputusan Uni Eropa dalam melabeli barang impor dari wilayah Palestina yang diduduki Israel. Larangan berlaku selama peninjauan ulang mengenai peran UE dalam upaya perdamaian.

Para pemimpin Palestina selama ini menyalahkan Israel atas gelombang kekerasan terkait pembangunan permukiman yang terus berlanjut dan kurangnya kemajuan pembicaraan damai. Padahal, permukiman Israel telah dinyatakan ilegal berdasarkan hukum internasional. Hal ini telah menjadi hambatan terbesar dalam proses perundingan damai. n reuters ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement