Jumat 27 Nov 2015 14:00 WIB

Anti-Islam di Dallas Unggah Alamat Muslim

Red:

Sebuah kelompok anti-Islam di Dallas mengunggah alamat-alamat warga Muslim dan  simpatisan Muslim dalam laman Facebook mereka. Berita yang dilansir, Rabu  (25/11), menyebutkan kelompok yang menamakan diri Bureau of American Islamic Relations melancarkan protes bersenjata di luar pusat Islam di Irving, Dallas.

"Kami mempotes pengungsi Suriah yang datang ke Amerika, memprotes Islamisasi Amerika," ujar juru bicara kelompok tersebut, David Wright, kepada kantor berita lokal, News FOX4.

Mereka juga merilis daftar lebih dari 50 nama yang diambil dari daftar orang-orang yang mendaftar untuk menyempaikan pendapat mereka pada pertemuan dewan kota, Maret lalu. Banyak Muslim merasa jadi target di Dallas.

Sebelumnya, the Guardian juga menggelar aksi protes dengan membawa senjata di luar pusat Islam di Dallas pada Sabtu (21/11). Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR) cabang Dallas Fort-Worth Alia Salem mengatakan, suasana protes terasa sangat menakutkan. Para demonstran membawa senapan AR-15 dengan wajah ditutupi.

"Membawa senapan panjang di tempat umum memang legal di Texas," ujar Salem. Ada 200 ribu Muslim di Dallas-Fort Worth.

Markas CAIR di Washington mengeluarkan pernyataan bahwa telah terjadi peningkatan dalam laporan terkait tindakan diskriminasi Islamofobia, intimidasi, dan ancaman yang menargetkan Muslim. Ini disebabkan serangan Paris dan pengarusutamaan Islamofobia oleh kandidat politik dan parlemen. 

Diminta turun

Sementara itu, Muslimah AS diminta turun dari pesawat sesaat sebelum terbang dari Bandara Internasional Newark Liberty menuju Istanbul, Turki. Kameelah Rasheed (30) menuturkan kepada Aljazirah, Rabu, sesaat sebelum tinggal landas, Rasheed diminta turun dari pesawat United Airlines dan diinterogasi agen FBI. "Ini memalukan bagi saya," kata wanita berjilbab ini.

Rasheed mengatakan, ia satu-satunya orang dari 200 penumpang yang diminta meninggalkan pesawat. "Saya satu-satunya yang berpenampilan Muslim," ujar warga New York itu. 

Rasheed adalah seorang seniman, pendidik, lulusan Stanford University. Ia juga bekerja sebagai kontributor di the New Inquiry.

Rasheed menambahkan, para petugas bea cukai mengajukan beberapa pertanyaan yang sama berkali-kali. Seperti pertanyaan, "Mengapa terbang? Akan ke mana saja di Istanbul? Bagaimana bisa pergi berlibur? Hingga berapa harga tiketnya?"

"Pertanyaan-pertanyaan yang tak masuk akal. Saya tak akan ke perbatasan dengan Suriah. Saya pergi ke lokasi wisata untuk melihat Hagia Sophia dan menyeberang ke Bosphorus," ujarnya.

Rasheed dituduh memesan tiket sekali jalan meski ia menunjukkan tiket penerbangan pulang yang ada di telepon pintarnya. Hal itu, menurutnya, membuatnya merasa sangat trauma dan terguncang.

Sementara, Aljazirah telah menghubungi Otoritas Pelabuhan New York dan New Jersey yang mengoperasikan Bandara Newark Liberty. Namun, mereka belum bersedia berkomentar.

Pada Selasa (24/11) lalu, Spirit Airlines menurunkan empat penumpang keturunan Timur Tengah. Rabu lalu, warga AS dari Philadelphia, Maher Khalil dan Anas Ayyad, diminta turun dari pesawat Southwest di bandara Chicago Midway. Enam penumpang Muslim juga diminta turun pada penerbangan kedua Southwest. n ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement