Kamis 26 Nov 2015 15:00 WIB

Obama dan Hollande Bujuk Putin

Red:

WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Presiden Prancis  Francois Hollande bersumpah akan meningkatkan serangan terhadap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Selasa (24/11). Keduanya berjanji akan berbagi data intelijen setelah serangan di Paris pada 13 November yang menewaskan 130 orang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Obama dan Hollande mengajak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk bergabung dengan operasi internasional. Namun, mereka mematok syarat, yaitu Rusia harus mengakhiri dukungannya kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad. "Rusia adalah anomali," ujar Obama dalam konferensi pers bersama Hollande di Gedung Putih.

Menurut Obama, kerja sama dengan Rusia dalam memerangi ISIS akan "menjadi bantuan luar biasa". Namun, menurut Obama, kemitraan menjadi hal mustahil selama Rusia berpihak pada Assad, yang dinilai AS sebagai penyebab yang menjerumuskan Suriah ke dalam perang saudara dan membuka peluang masuknya ISIS.

"Kami berharap mereka mengatur ulang fokus perhatian mereka pada ancama yang substansial dan mereka menjadi mitra yang bahu membahu," ujar Obama mengenai Rusia.

Hal senada disampaikan Hollande. Ia mengatakan, Prancis ingin bekerja sama dengan Rusia. Syaratnya, Putin harus berkomitmen sepenuhnya untuk mendukung peralihan politik di Suriah.

Keberpihakan Hollande kepada Obama memang amat jelas. Hollande diperkirakan akan mendesak Obama untuk mengesampingkan perbedaan pandang dengan Rusia agar bisa membangun koalisi melawan ekstremis. Namun, misi Hollande tampaknya terganjal oleh insiden penembakan jet tempur Rusia SU-24 oleh Turki.

Obama mengingatkan bahwa berita mengenai insiden tersebut masih hangat. Ia menambahkan, Turki memiliki "hak untuk mempertahankan wilayah dan udaranya".

Menurut Gedung Putih, Obama berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa malam untuk membahas insiden penembakan jet tempur Rusia. Dalam sambungan telepon itu, Obama menunjukkan dukungan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan AS kepada Turki untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya.

Insiden penembakan jet tempur Rusia menambah kerumitan peta operasi militer di Suriah. Suriah menjadi tempat persaingan sejumlah negara dan sejumlah kelompok  milisi bersenjata yang terlibat konflik di medan tempur.

Hollande dijadwalkan bertemu Putin pada Kamis (26/11) di Rusia, sebagai bagian dari upaya diplomatik untuk membangun dukungan melawan ISIS.

Penyelidikan serangan Paris diperluas dan kini jaksa penuntut umum Belgia mengumumkan seorang tersangka baru, Mohamed Abrini (30). Abrini terlihat bersama Salah Abdeslam (tersangka pelaku nomor 8), dua hari sebelum serangan Paris terjadi.

Keduanya terlihat bersama dalam rekaman video di sebuah SPBU di Prancis utara pada 11 November. Abrini mengendarai Renault Clio yang kemudian digunakan para pelaku serangan saat berada di Paris. Poster polisi yang menampilkan foto Abrini menyebutkan Abrini sebagai "berbahaya dan mungkin bersenjata".

Jaksa penuntut umum di Prancis, Francois Molins, juga mengumumkan pencarian  terhadap Jawad Bendaoud yang menampung dalang serangan, Abdelhamid Abaaoud, dan sepupunya, Hasna Aitboulahcen.

"Jawad Bendaoud sendiri menyambut kedua teroris pada 17 November pukul 22.45. Tidak diragukan lagi ia ambil bagian dalam organisasi teroris," ujar Molins.

Abaaoud dan Aitboulahcen tewas bersama seorang yang belum diidentifikasi dalam sebuah penggerebekan di Brussels.

Sementara itu, Belgia memperpanjang status pengamanan ketat di Brussels hingga Senin (30/11). Separuh dari stasiun metro dan sekolah di Brussels mulai dibuka Rabu. Sebanyak 300 polisi dan 200 personel militer tambahkan dikerahkan untuk berjaga.

Sertifikat untuk khutbah

Dewan Muslim Prancis pada Selasa (24/11) berencana akan mengluarkan izin untuk imam melakukan khutbah atau ceramah keagamaan. Ini dilakukan dalam upaya membasmi ekstremisme.

Dilansir laman the Guardian, Rabu (25/11), Presiden Dewan Muslim Prancis Anour Kbibech mengatakan, imam negara harus mendapat sertifikat, seperti semacam SIM, sebelum menyampaikan ceramah. Sertifikat ini untuk menjamin mereka mempromosikan toleransi dan Islam yang terbuka.

Langkah ini dilakukan 11 hari setelah serangan yang menewaskan 130 jiwa orang di Paris. Serangan telah meningkatkan kekhawatiran akan ekstremisme dan Islam radikal yang dipicu dari ceramah imam "nakal".

Dewan mengatakan, akan menyerahkan izin dengan menguji pengetahuan teologis dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Prancis. Nantinya para imam yang lolos diminta menandatangani sertifikat imam dan mereka sepakat untuk menghormati hukum Prancis.

Kbibech mengatakan, penarikan izin imam mungkin tak dapat menghentikan ia tetap  berceramah. Namun, itu akan membuat masjid bertanggung jawab atas siapa yang mereka undang.

"Inilah saatnya. Muslim Prancis akan memainkan peran," kata Kbibech.

Ia menambahkan, Dewan Muslim Prancis juga akan mendirikan dewan agama untuk  menggunakan dalil teologis untuk mengalahkan setiap dalil yang digunakan oleh organisasi teroris untuk merekrut pengikut. n ap/reuters ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement