Rabu 25 Nov 2015 14:00 WIB

Perang Melawan Terorisme

Red:

Asia Tenggara merupakan wilayah dengan banyak penduduk Muslim, cerminan dari  Islam yang moderat. Sekitar sepertiga penduduk Muslim dunia tinggal di Asia Tenggara. Terlebih lagi dengan adanya Malaysia dan Indonesia yang menjadi negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Hal ini berkaitan dengan kepentingan AS dalam memerangi terorisme.

Perwakilan AS kerap melakukan dialog dengan tokoh agama di Indonesia terkait toleransi beragama dan ekstremisme. Namun, pada umumnya, di Asia Tenggara tidak mengalami jenis kekerasan, seperti yang terlihat di Timur Tengah, tempat ISIS mendominasi aksi-aksi serangan.

Obama dalam kesempatannya mengecam beberapa serangan ekstremis di seluruh  dunia, beberapa di antaranya diklaim oleh kelompok militan ISIS. Obama mengaku, AS dan sekutu-sekutunya tidak akan mengalah dalam perjuangan memerangi ekstremis ISIS, memburu para pemimpin mereka, dan memotong pendanaan kelompok militan tersebut. "Kami akan menghancurkan mereka. Kami akan mengambil kembali tanah yang dikuasai mereka, mengambil pembiayaan mereka, memburu pemimpinnya, membongkar jaringan, jalur pasokan mereka, dan kami akan menghancurkan mereka," katanya.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan seluruh pemimpin negara peserta KTT ASEAN yang dibayangi berbagai serangan terorisme juga turut mengecam ISIS. PM Najib mengatakan, pihaknya siap untuk bergabung mengalahkan ISIS, sementara memperingatkan bahwa solusi militer saja tidaklah cukup.

Menurutnya, apa yang perlu "dikalahkan" adalah ideologi ISIS. Dunia ini, kata dia,  membutuhkan moderasi.

"Ini adalah bagaimana Gandhi, Nelson Mandela, dan Martin Luther King memenangkan hati dan pikiran dari musuh-musuh mereka. Mereka memenangkan dengan mengubah musuh mereka menjadi teman," kata Najib.

Beberapa serangan terbaru yang menghebohkan dunia, yakni pemboman dan penembakan di Paris dan Beirut, pengeboman sebuah pesawat Rusia di Mesir, dan penyanderaan di Bamako, Mali. Lebih dekat lagi, seorang sandera Malaysia tewas oleh kelompok militan di Filipina selatan. "Para pelaku tidak mewakili ras, agama, atau keyakinan. Mereka adalah teroris dan harus dihadapi dengan kekuatan hukum penuh," kata Najib dalam pidato yang berkali-kali menekankan toleransi Islam.

Kavi Chongkittavorn dari Chulalongkorn University Institut Studi dan Keamanan Internasional mengatakan, adanya kebutuhan untuk menghasilkan dukungan berbasis masyarakat dalam memerangi penyebaran ekstremisme. "Ketika sebuah komunitas kuat dan bersatu, akan sulit bagi elemen luar untuk menyebabkan kerusakan dan perpecahan," ujarnya kepada media pemerintah Malaysia, Bernama.

Selain itu, Chongkittavorn mengatakan bahwa negara-negara ASEAN memerlukan jaringan pertukaran intelijen yang baik. Dengan begitu, akan terjadi pertukaran informasi yang akurat dan respons cepat terhadap kemungkinan serangan teroris dan keberadaannya.

"Mengingat dunia global, sangat penting untuk memiliki komunikasi yang jelas dan cepat di antara anggota ASEAN dan rekan-rekan mereka di luar negeri," katanya. Ia menekankan bahwa hanya melalui kerja sama yang erat anggota ASEAN bisa memiliki wilayah yang aman. n ap ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement