Senin 05 Oct 2015 13:00 WIB

Israel Batasi Warga Palestina ke Kota Tua

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Israel Batasi Warga Palestina ke Kota Tua

Hanya warga, pengusaha, dan siswa yang boleh memasuki Kota Tua. 

YERSUSALEM TIMUR — Kepolisian Israel menutup akses masuk ke Kota Tua Yerusalem bagi warga Palesina yang bukan penduduk setempat. Pembatasan dilakukan setelah dua insiden penikaman yang mengakibatkan tewasnya dua warga Israel.

Polisi Israel mengatakan, akses ke Kota Tua di Yerusalem Timur kini terbatas pada penduduk daerah itu, pemilik bisnis lokal, siswa yang bersekolah di sana, warga Israel, serta wisatawan. Polisi mengatakan, pembatasan rencananya akan berlangsung selama dua hari.

Pembatasan dilakukan setelah adanya dua serangan terhadap warga Israel dalam waktu kurang dari 12 jam. Insiden terbaru terjadi pada Ahad (4/10) pagi waktu setempat, saat seorang remaja Israel di Bab Al-Amoud ditikam pria Palestina. Pelaku yang diidentifikasi sebagai Muhannad Halabi (19 tahun), warga  Kota al-Bireh Tepi Barat, kemudian ditembak mati pasukan keamanan Israel.

Sebelumnya, pada Sabtu (3/10) malam, dua pria Israel tewas dan seorang  perempuan serta anaknya terluka dalam aksi penusukan oleh pria Palestina. Insiden tersebut juga terjadi di Kota Tua Yerusalem Timur yang diduduki Israel.

Al-Bawaba melaporkan, pasukan Israel menyerbu masuk kompleks Masjid Al-Aqsa dan mengusir puluhan warga Palestina setelah insiden Sabtu malam. Saksi mengatakan kepada Ma'an News, polisi memasuki kompleks setelah shalat Isya dan mengusir paksa 70 warga Palestina dari dalam masjid. Pasukan Israel juga dilaporkan telah naik ke atap masjid dan menyebabkan kerusakan pada salah satu menara.

Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Saeb Erekat mengatakan kepada Aljazirah, kekerasan terbaru yang dilakukan warga Palestina merupakan reaksi terhadap siklus kekerasan, pendudukan, dan pembangunan permukiman yang sistematis oleh Israel. Erekat juga menuding Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu sengaja mengeksploitasi gejolak saat ini untuk menggagalkan solusi dua negara.

"Tindakan Israel adalah indikasi bahwa Netanyahu berusaha untuk menghindari kewajibannya untuk mengakhiri konflik ini dan sedang berusaha untuk melegitimasi bangunan ilegal permukiman Yahudi di wilayah Palestina yang diduduki," kata Erekat.

Erekat juga menyebut Netanyahu sedang berusaha meniru operasi militer Defensive Shield yang dicetuskan mantan perdana menteri Israel, Ariel Sharon, pada 2002. Operasi ini merupakan serangan terbesar Israel terhadap Tepi Barat sejak perang 1967.

"Netanyahu berusaha menjalankan sendiri defense shiled-nya, dengan  membatasi Yerusalem dan menutup seluruh Tepi Barat," ungkapnya.

Penasihat Presiden Palestina Urusan Yerusalem Ahmad Ruwaidy menggemakan  komentar Erekat. Ia mengatakan, kekerasan terbaru merupakan reaksi wajar atas kebijakan Israel.

"Kegagalan Pemerintah Israel,menangkap pelaku bahkan melanjutkan penyelidikan kredibel terkait pembunuhan dan pembakaran keluarga Dawabshe serta serangan konstan pada warga sipil Palestina di Yerusalem dan Tepi Barat menciptakan apa yang kita lihat sekarang," ujar Ruwaidy.

Sementara itu, Netanyahu dijadwalkan akan menggelar pertemuan darurat dengan  para pejabat keamanan. Kantornya menerangkan bahwa perdana menteri juga akan mengadakan rapat kabinet keamanan pada Senin (5/10).

Kekerasan meningkat di Yerusalem Timur dan Tepi Barat yang diduduki Israel dalam beberapa pekan terakhir, terutama di kompleks Masjid Al-Aqsa. 

Middle East Monitor menuliskan dalam edisi Kamis (1/10) lalu, Hamas menyerukan warga Palestina mengambil bagian dalam mendukung Al-Aqsa  melawan agresi berkelanjutan Israel. Hamas mendesak warga Palestina menentang skema pembagian temporal dan spasial yang mengancam Al-Aqsa serta serangan terhadap jamaah.

Israel selama ini telah berjanji mempertahankan hak-hak beribadah Muslim di  Masjid Al-Aqsa. Namun, atas alasan kekhawatiran akan keamanan, mereka kerap melarang pria Muslim pada usia tertentu memasuki kompleks tersebut.

Palestina selama ini menginginkan Yerusalem Timur yang berada di tepi Barat menjadi ibu kota negara mereka kelak, dengan wilayah meliputi Tepi Barat dan Jalur Gaza. Yerusalem Timur dicaplok Israel dalam Perang 1967. 

Israel terus membangun permukiman Yahudi di wilayah Tepi Barat meski dinilai ilegal oleh dunia internasional termasuk PBB. Palestina meminta Israel menghentikan pembangunan tersebut sebagai syarat perundingan damai Israel- Palestina. ed: yeyen rostiyani 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement