Senin 31 Aug 2015 16:00 WIB

Polisi Thailand Pantau 1.000 Nomor Ponsel

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BANGKOK -- Polisi Thailand pada Ahad (30/8), memperluas penyelidikan atas pengeboman di Kuil Erawan, Bangkok. Mereka memantau sekitar 1.000 nomor telepon seluler (ponsel) yang mencurigakan.

Sabtu lalu, polisi menahan seorang tersangka yang merupakan warga negara asing. Setumpuk paspor palsu dan bahan-bahan peledak juga ditemukan dalam penggeledahan yang dilakukan di sebuah apartemen di Bangkok.

Kini, polisi juga menelusuri foto-foto yang dipasang pada 200 paspor palsu  tersebut untuk melacak anggota kelompok pelaku pengeboman Kuil Erawan yang terjadi pada 17 Agustus lalu. Pengeboman itu menewaskan 20 orang, termasuk seorang warga Indonesia.

Polisi masih belum menyiarkan identitas atau kewarganegaraan pria berusia 28 tahun yang ditahan. Polisi yakin bahwa pria ini juga terlibat dalam pengeboman lain, sehari setelah insiden di Kuil Erawan. Sang pria ditahan atas tuduhan memiliki bahan-bahan peledak secara ilegal. Ia berada di Thailand sejak Januari 2014.

"Kami tidak saja menggunakan informasi mengenai nomor-nomor yang dihubungi tersangka, namun juga penggunaan oleh kelompoknya," ujar juru bicara kepolisian, Prawut Thavornsiri, kepada Channel 3.

Namun, Prawut tidak memerinci apa yang ia maksud soal kelompok tadi.

Selama ini, polisi mendulang kritikan atas lambannya penyelidikan terhadap pengeboman tersebut. Apalagi, hingga akhir pekan ini, polisi masih belum menemukan tanda-tanda kuat mengenai pelaku peledakan. Sejauh ini, belum ada kelompok mana pun yang mengaku bertanggung jawab.

Prawut menolak menyebutkan berapa orang yang dicurigai. Ia mengatakan, polisi masih yakin bahwa pria yang ditahan bisa jadi adalah pria berkaus kuning yang tertangkap kamera pengaman di lokasi ledakan.

Sabtu lalu, polisi menunjukkan foto-foto pemicu peledak dan pipa logam yang diyakini dipakai untuk dipasangi peledak.

"Bahan bom sama atau mirip tipenya (dengan peledak di Kuil Erawan—Red)," ujar Prawut. 

Menurut Prawut, paspor palsu yang ditemukan itu berasal dari "sebuah negara". Ia tak menyebutkan nama negaranya, tapi foto menunjukkan tumpukan paspor tersebut mirip dengan paspor Turki.

"Paspor yang Anda lihat itu palsu. Kami belum mengetahui apakah ia (tersangka—Red) warga Turki atau bukan," ujar Prawut.

Ketika ditanya mengenai motif pengeboman, Prawut mengatakan, motifnya bersifat pribadi dan bukan terkait terorisme internasional. Kini, tersangka dibawa ke markas militer untuk diinterogasi lebih lanjut.

Menurut polisi dan warga di Distrik Nong Chok, tersangka menyewa empat kamar di lantai yang sama di gedung apartemen. Seorang tetangga tersangka mengatakan bahwa pria tersebut tidak tinggal sendirian. Mereka kerap melihat seorang pria yang lebih tinggi dengan wajah yang mirip, keluar dan masuk kamar sewaan beberapa kali setiap harinya. Namun, mereka tidak lagi melihat pria tinggi tersebut sejak Jumat (28/8).

"Kami sering melihat keduanya. Yang satu adalah pria yang kini ditahan, yang satu lagi adalah pria yang lebih tinggi," ujar seorang tetangga yang meminta namanya dirahasiakan.

Pria yang kini ditahan polisi digambarkan sebagai pria pendiam dan berjalan dengan gaya sigap. Sang tetangga mengaku kerap melihat sang pria sedang berlutut dan berdoa di luar kamarnya.

Sementara itu, sumber di pemerintahan Turki mengatakan tidak memiliki informasi mengenai tersangka pengeboman yang ditangkap polisi Thailand. Sang sumber menolak disebutkan jati dirinya karena mengaku belum mendapat izin untuk memberikan informasi kepada wartawan.  reuters/ap ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement