Rabu 26 Aug 2015 15:00 WIB

Korut dan Korsel Akhirnya Akur

Red:

SEOUL -- Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) pada Selasa (25/8) pagi sepakat untuk mengakhiri kebuntuan militer setelah meningkatnya ketegangan di perbatasan. Kesepakatan dicapai setelah dua hari pembicaraan kedua kubu.

Menurut pernyataan bersama, Korut menyatakan penyesalan atas kasus ledakan ranjau di perbatasan yang melukai dua tentara Korsel. Menanggapi hal itu, Seoul juga sepakat untuk menghentikan siaran propaganda anti-Pyongyang.

Korut juga sepakat untuk mengakhiri keadaan "semiperang" yang mereka nyatakan sebelumnya. Kedua belah pihak, menurut pernyataan bersama tersebut, akan mengadakan tindak lanjut pembicaraan untuk membahas berbagai isu untuk memperbaiki hubungan. Kementerian Pertahanan Seoul mengatakan, kedua belah pihak mulai mengurangi jumlah militer di perbatasan pada siang hari.

Penasihat Keamanan Nasional untuk Presiden Korea Selatan Park Geun-hye yang memimpin delegasi Seoul, Kim Kwan-jin, mengatakan, kesepakatan tersebut sangat berarti. Menurut dia, permintaan maaf atas provokasi ranjau darat dan janji untuk tak mengulanginya lagi dapat meredakan ketegangan. "Saya berharap kedua belah pihak setia melaksanakan perjanjian dan  membangun kepercayaan melalui dialog dan kerja sama," kata Kim.

Namun, Pyongyang telah membantah meletakkan ranjau darat dan dalam pernyataan secara eksplisit tak bertanggung jawab akan hal itu. Namun, ekspresi penyesalan Korut merupakan sesuatu yang langka, melihat retorika Korut yang terkesan mengisyaratkan permusuhan.

Pembicaraan maraton di Desa Panmunjom dalam Zona Demiliterisasi (DMZ), yang  memisahkan kedua Korea di mulai Sabtu (22/8). Pembicaraan dimulai tak lama setelah batas waktu yang dikeluarkan Pyongyang untuk menghentikan siaran propaganda anti-Pyongyang atau akan menghadapi aksi militer.

Analis dari Universitas Yonsei di Seoul, John Delury, mengatakan, kedua Korea telah berkompromi. Namun, menurut Delury, Korut tak pernah mengucapkan permintaan maaf, hanya pernyataan penyesalan atas insiden yang mencederai  tentara.

"Korea Selatan tak mendapat permintaan maaf. Mereka mendapat pernyataan penyesalan mengenai tentara cedera yang mereka anggap sebagai permintaan maaf. Titik yang lebih penting adalah menjaga hal ini dan membuka kembali hubungan," katanya.

Perjanjian tersebut menandai langkah pertama yang cukup baik dalam mengurangi permusuhan yang telah dibangun sejak Korsel menuduh Korut meledakkan ranjau di perbatasan. Namun, kondisi kondusif di Semenanjung Korea tak jelas akan bertahan berapa lama.

Pada pembicaraan Selasa, kedua belah pihak juga sepakat mengatur reuni keluarga yang terpisah karena Perang Korea. Rencananya, reuni akan kembali  digelar selama liburan musim gugur mendatang dan di masa depan.

Amerika Serikat menyambut baik kesepakatan dan menurunnya ketegangan. Juru bicara Pemerintah AS, John Kirby, mengatakan akan menilai aksi Korea Utara. "Itu adalah beberapa hari yang sangat tegang," ujar Kirby.

Korut berada di bawah PBB dan sanksi AS karena uji coba nuklir dan rudal. Langkah Pyongyang dilihat sebagai serangan terhadap hak negara berdaulat untuk mempertahankan diri. Ketegangan dimulai awal bulan ini, saat ledakan ranjau darat di DMZ melukai dua tentara Korsel. Beberapa hari kemudian, Korsel memulai kembali propaganda anti-Pyongyang dari pengeras suara di sepanjang perbatasan.

Kebuntuan mencapai titik krisis pada Kamis ketika Korut menembakkan empat peluru ke Selatan. Seoul menanggapi itu dengan rentetan tembakan artileri. Pyongyang kemudian membuat ultimatum pada Sabtu agar Seoul menghentikan propaganda atau, jika tidak, mereka akan melancarkan aksi militer. Namun kemudian, mereka sepakat berbicara.

Hubungan Korsel dan Korut telah membeku sejak 2010 setelah kapal perang Korsel tenggelam dan menewaskan 46 pelautnya. Saat itu Seoul menyalahkan Korut atas insiden tersebut. Namun, Pyongyang menyangkal bertanggung jawab.  n ap/reuters ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement