Rabu 27 May 2015 16:00 WIB

Malaysia Memulai Penggalian Kuburan Migran

Red:

BUKIT WANG — Tim Forensik Kepolisian Malaysia mulai menggali jenazah yang diduga korban penyelundupan manusia di dekat perbatasan Thailand, Selasa (26/5). Sebelumnya, diberitakan bahwa ada sekitar 139 kuburan migran di hutan lebat di perbatasan Thailand Selatan dan Malaysia Utara.

Pemerintah Malaysia mengajak wartawan meninjau kamp tempat para migran tersebut. Lokasi kamp di hutan lebat dengan jalan terjal yang harus ditempuh berjalan kaki selama satu jam dari jalan raya terdekat. 

Kamp itu hanya terbuat dari beberapa batang bambu yang menyangga terpal. Menurut seorang polisi yang tak ingin disebut namanya, kamp semacam itu bisa dipaksa untuk menampung hingga 400 orang.

Lokasi kamp diyakini menjadi tempat penampungan bagi para penyelundup manusia untuk menyelundupkan para migran Muslim Rohingya dan warga Bangladesh.

Tangki air besar tampak berada di salah satu lokasi yang dikunjungi wartawan Reuters, Selasa. Seorang petugas mengatakan bahwa di lokasi itu terdapat 37 kuburan. Saat penggalian dimulai, tumpukan kantong jenazah dan kapas tersedia di dekat lokasi.   

Dari 139 kuburan yang ditemukan, beberapa kuburan diyakini berisi lebih dari satu orang. Di lokasi yang membentang 50 kilometer di sepanjang perbatasan kedua negara, ada sekitar 28 kamp penampungan migran. 

Kantor berita Malaysia, Bernama, mengutip Kepala Kepolisian Malaysia Inspektur Jenderal Khalid Abu Bakar yang mengatakan bahwa kamp-kamp penampungan migran itu ditempati sejak 2013. Dua di antara kamp tersebut baru saja ditinggalkan sekitar dua atau tiga pekan yang lalu.

"Para korban mungkin meninggal dan sindikat tidak punya waktu untuk mengubur jenazah karena terburu-buru meninggalkan kamp," ujar kepala kepolisian setempat, Rizani Che Ismail, yang dikutip Bernama.

Sementara itu, Malaysia sebagai Ketua ASEAN 2015 diminta menggunakan hak prerogatifnya untuk menyerukan digelarnya pertemuan puncak tingkat tinggi darurat. Tujuan pertemuan, yakni mengatasi krisis kemanusiaan yang melibatkan pengungsi Rohingya.

Laman New Straits Times melaporkan, menurut kandidat doktor di Universitas Oxford, Fuadi Pitsuwan, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak saat ini berada pada titik kritis sebagai pemimpin ASEAN.

Pitsuwan mengatakan, Malaysia sebagai Ketua ASEAN memiliki pilihan untuk membuktikan bahwa organisasi yang telah berdiri selama 48 tahun ini berkomitmen untuk melindungi hak manusia yang paling dasar, yakni hak untuk hidup. Jika tidak, risikonya akan membuat entitas ASEAN dianggap mengabaikan genosida sistematis di wilayahnya sendiri.

Sementara di Jakarta, Duta Besar Amerika Serikat (AS) Robert Blake mengatakan pemerintahnya menanti aba-aba dari PBB terkait bantuan untuk migran Muslim Rohingya dan Bangladesh. n ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement