Jumat 24 Apr 2015 14:00 WIB

Janda-Janda Milisi ISIS

Red:

Sebuah lembaga strategis berbasis di London melakukan penelitian mengenai wanita-wanita asing yang pindah dan menikah dengan milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Hasilnya, menurut Institut untuk Dialog Strategis (ISD), banyak wanita tersebut aktif dalam dunia maya.

Dalam database ISD yang diperlihatkan Reuters, tercatat ada setidaknya 106 wanita asing telah pindah ke teritori ISIS dan aktif dalam jejaring sosial media. Sebanyak 15 di antaranya bahkan telah menyebutkan secara langsung di dunia maya bahwa mereka kehilangan suami dalam pertempuran. "Atau, pendukung ISIS yang mengumumkan kematian para suami itu," ujar peneliti ISD Melanie Smith yang memantau situs-situs milisi, Rabu (22/4). 

Reuters mengaku, tidak bisa mengonfirmasi secara independen identitas para wanita tersebut. Namun, tak sedikit pihak keluarga yang mengonfirmasi bahwa mereka telah pergi Suriah dan Irak.

Menurut Smith, mayoritas wanita tersebut telah menjadi janda. Mereka kehilangan suami dalam pertempuran selama enam bulan terakhir. ISIS telah kehilangan sejumlah wilayah penting, termasuk Tikrit di Irak dan Kobane di Suriah.  

Edisi terakhir majalah dalam jaringan (online) ISIS meminta agar para istri yang kehilangan suaminya tidak perlu berkecil hati. "Bersikaplah tegar saudariku, bersabarlah, dan tunggu balasan buat kalian," tulis artikel tersebut.

Rika Katz, pendiri situsi Kelompok Intelijen SITE yang memonitor situs radikal menyatakan, sepertinya jumlah janda lebih dari 15, sejak wanita asing cenderung menikah dengan milisi ISIS. "Tidak semuanya aktif menuliskan status mereka soal ini di dalam jaringan," ujarnya.

Sementara itu, pasukan militer Irak bertempur menyerang ISIS dari sebelah barat Ramadi, ibu kota Provinsi Anbar, Rabu (22/4). Mereka berhasil merebut kembali beberapa wilayah dari kelompok militan tersebut.

Pejabat keamanan mengatakan, mereka terus mendesak mundur dari Anbar. Namun, para milisi melakukan perlawanan dengan serangan jebakan menggunakan penembak jitu dan bom bunuh diri untuk menghalangi pasukan pemerintah.

"Kami terlibat dalam perang gerilya yang sulit di Ramadi," ujar seorang personel keamanan Irak. Dia mengakui kesulitan ini karena militan telah menggali terowongan di antara rumah-rumah penduduk.

Terowongan tersebut digunakan ISIS untuk bersembunyi dan secara diam-diam melakukan serangan. Anggota Dewan Provinsi Anbar Falih al-Essawi mengatakan, pasukan keamanan mengambil kesempatan untuk merangsek maju sehingga terhindar dari penembak jitu.

Juru Bicara Kontraterorisme Irak Sabah al Noamani mengatakan, pasukan berhasil merebut kembali pusat kota Ramadi. Tetapi, mereka belum sepenuhnya terusir dari kota tersebut. Saat ini, 100 ribu warga Ramadi terpaksa mengungsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement