DURBAN -- Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma bersumpah akan mengakhiri kekerasan akibat xenofobia yang meluas di wilayah kekuasaannya. Pada Sabtu (18/4), Zuma mengunjungi kamp pengungsian di kota pelabuhan Durban setelah bentrokan antiasing baru-baru ini.
Dalam pernyataannya, Zuma mengatakan serangan-serangan telah melawan kepercayaan warga Afrika selama ini. ''Mayoritas orang Afrika Selatan mencintai kedamaian dan hubungan baik dengan saudara mereka di benua ini,'' kata dia.
Zuma membatalkan kunjungannya ke Indonesia untuk mengunjungi kamp pengungsian di Chatsworth Durban. ''Kita akan menghentikan kekerasan ini,'' tambahnya, dalam siaran televisi nasional, dikutip BBC.
Aksi xenofobia atau antimigran telah berujung kekerasan dalam beberapa waktu terakhir. Toko-toko milik imigran atau warga asing telah rusak parah di Johannesburg. Toko-toko tersebut juga dijarah.
Sedikitnya enam orang tewas dalam serangan xenofobia di Durban. Kekerasan juga menyebar ke daerah lain. Zuma mengatakan kekacauan ini disebabkan sekelompok orang yang memprovokasi.
Selama aksi anti imigran, polisi telah menangkap 150 orang. Polisi menggunakan peluru karet untuk membubarkan penjarah di toko-toko di Alexandria. Polisi menangkap sedikitnya 30 orang dari kota bagian utara tersebut.
Beberapa ribu orang asing telah melarikan diri dari rumah mereka ke tempat perlindungan di negara tetangga Zimbabwe, Malawi dan Mozambik. Sebagian besar migran berasal dari negara lain di Afrika dan Asia.
Pada Sabtu, Presiden Zimbabwe Robert Mugabe mengatakan ia sangat kaget dan kesal atas insiden yang terjadi di Durban. Serangan-serangan xenofobia ini diduga dipicu oleh pernyataan Raja Zulu Goodwill Zwelithini yang mengatakan bahwa orang asing harus kembali ke asalnya.
Berdasarkan data, orang asing di Afrika Selatan berjumlah sekitar 2 juta orang. Angka ini menempati empat persen dari total populasi. Namun, jumlah riil diperkirakan sekitar 5 juta orang.
Migran-migran ini pindah ke Afrika Selatan dalam jumlah besar sejak pemerintahan kulit putih berakhir pada 2004. Sebagian besar warga lokal menuduh mereka mengambil lapangan kerja. Afrika Selatan memiliki tingkat pengangguran 24 persen.
Koresponden BBC, Karen Allen, mengatakan masyarakat mengeluh dan mencela Zuma yang dinilai bergerak terlalu lambat. ''Kunjungannya dinilai telat, lambat dan terlalu sedikit. Seperti ia berniat meninggalkan Afrika,'' kata Allen. rep: Lida Puspaningtyas ed: Yeyen Rostiyani