Jumat 17 Apr 2015 16:47 WIB

Korsel Mengenang Tragedi Sewol

Red:

Sudah satu tahun berlalu. Namun, duka dan kesedihan masih menyelimuti warga Korea Selatan yang menjadi penumpang kapal feri nahas Sewol. Tragedi memilukan tenggelamnya kapal feri Sewol pun terus menyisakan air mata dari para keluarga korban tewas.

Pada Kamis (16/4), Korea Selatan memperingati satu tahun tragedi Sewol dengan mengadakan upacara mengenang para korban. Lebih dari 250 nyawa dari 340 korban tewas adalah siswa dari sekolah di Kota Ansan.

Dikutip BBC, beberapa peringatan berkabung digelar di seluruh negeri. Dua terbesar di antaranya dilaksanakan di Kota Ansan. Upacara pribadi juga digelar di sekolah para korban pada malam harinya.

Menteri Dalam Negeri Korsel Jeong Jong-seop mengatakan, lebih dari 300 organisasi dan pemerintah lokal melakukan upacara mengenang para korban. Bendera dikibarkan setengah tiang di Kota Ansan.

Pada Kamis pagi, Perdana Menteri Lee Wan-koo datang lokasi peringatan, namun tak bisa memasuki gedung memorial. Keluarga korban menunjukkan kemarahan mereka dengan mengusir Lee.

Ratusan orang juga tampak berkumpul di Pelabuhan Paengmok sambil mengenakan pakaian serbahitam. Mereka menabur bunga dan berdoa, mengenang para korban dengan mendirikan sebuah area penuh lilin dan pita kuning. Doa malam juga digelar di Seoul yang selama ini jadi tempat protes.

Insiden Sewol telah menuai kritik yang meluas secara nasional. Masyarakat sangat menyesalkan rendahnya upaya penyelamatan yang dilakukan pemerintah. Dalam peringatan satu tahun tragedi tersebut, Presiden Korsel Park Geun-hye tampak ingin menghapus rasa sesalnya. Ia berjanji akan mengangkat bangkai kapal dari dasar perairan.

"Saya akan mengambil langkah penting untuk menyelamatkan kapal," kata Park di Pelabuhan Jindo. Pemerintah mengatakan, tindakan tersebut akan menguras biaya hingga 110 juta dolar AS. Namun, keluarga mendesak kapal harus diangkat sehingga sisa jenazah bisa dievakuasi. Hingga saat ini, masih ada sembilan orang yang belum ditemukan.

Dewan Nasional Korsel pada Kamis telah mengadopsi resolusi mendesak pemerintah menyelamatkan Sewol. "Ini adalah jalan untuk menyembuhkan para korban dan keluarga, juga semua masyarakat," katanya dalam pernyataan seperti dikutip Yonhap.

Duka dan rasa sesal juga terus menghantui para korban selamat. Salah satu siswa, Yang, mengatakan, ia dihantui rasa bersalah. "Saya kadang bermimpi mereka datang untuk membunuh kami yang selamat," kata dia.

Ibu salah satu korban, Lee Jung-seob, mengatakan, dia sangat sakit hati memikirkan bagaimana saat anaknya berada di dalam air yang dingin. "Di akhir hidupnya, mungkin ia merindukan saya, ayah, dan keluarganya. Hati saya sangat sakit," ujar Lee sambil menangis.

Saat tragedi terjadi, kapal feri Sewol membawa rombongan siswa dalam perjalanan wisata. Kapal diduga kelebihan muatan dan menjadi tidak stabil ketika sedang berbelok tajam. Kapal tersebut berlayar dari Incheon ke Pulau Jeju.

Dari 476 penumpang dan kru kapal, 304 orang tewas. Ketika kondisi memburuk, kru kapal meminta penumpang tetap di kabin dan menunggu. Hingga akhirnya, kapal benar-benar tenggelam.

Sebagian besar kru selamat, termasuk kapten kapal dan tiga kru senior. Mereka didakwa hukuman penjara karena gagal menyelamatkan penumpang. Sebanyak 11 kru kapal lainnya juga dipenjara.

Kapten kapal penyelamat penjaga pantai juga dipenjara karena tuduhan kelalaian dalam upaya penyelamatan. Beberapa tuduhan menyasar operator kapal, Chonghaejin Marine Co. Sementara, pemiliknya, milyarder Yoo Byung-eun, sempat menghilang dan ditemukan tewas.

Insiden Sewol telah menuai protes dan kritis nasional terkait tingkat keselamatan dan upaya penyelamatan. Pada Rabu (15/4), keluarga korban mengunjungi pelabuhan terdekat lokasi tenggelamnya kapal untuk menabur bunga dan berdoa. Oleh Puspaningtyas  ap/reuters ed: Eh Ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement