Rabu 01 Apr 2015 16:00 WIB

Senjata Rusia di Tengah Konflik Suriah

Red:

Presiden Suriah Bashar al-Assad memberikan keterangan berbeda dengan Rusia ihwal impor senjata. Assad menyatakan, Damaskus memasok senjata dari Rusia di bawah kontrak yang telah ditandatangani sebelum dan selama konflik berlangsung.

Namun, dalam keterangan terdahulu, Rusia justru mengaku memasok senjata ke Suriah d bawah kesepakatan yang ditandatangani sebelum konflik.

"Ada kontrak yang ditandatangani sebelum krisis dan ada yang selama krisis. Ada perjanjian lain terkait pasokan senjata dan kerja sama yang ditandatangani selama krisis dan sekarang sedang dilaksanakan," kata Assad dalam wawancara dengan surat kabar Rusia, Rossiyskaya Gazeta, yang dipublikasikan, Senin (30/3).

Assad memang tak memberikan perincian senjata apa yang dipasok oleh Rusia. Namun, pada 2013, sumber di industri pertahanan Rusia mengatakan, Assad telah memesan sistem misil antipesawat dan pesawat tempur.

Rusia bahkan telah mengirimkan senjata senilai satu miliar dolar AS ketika unjuk anti-Assad dimulai. Pertikaian di Suriah pecah pada 2011.  Sekitar 220 ribu orang tewas dalam pertempuran antara kubu Assad dan oposisi. Rusia memasok 50 persen senjata ke Suriah sebelum revolusi.

Assad juga mengatakan, ia serta sekutu dekatnya, Rusia dan Iran, menginginkan keseimbangan dunia. Mereka menginginkan stabilitas dan tercapainya solusi politik di Suriah dan di seluruh belahan dunia.

Menurut Assad, Suriah, Rusia, dan Iran memiliki pandangan yang sama terkait konflik. "Ini bukan hanya tentang Suriah. Saya (sebuah) negara kecil. Ini bukan tentang ketertarikan pada Suriah. Mereka bisa mendapatkannya di tempat lain. Jadi, ini tentang masa depan dunia," kata Assad.

Menanggapi komentar Assad mengenai pasokan senjata Rusia untuk Suriah, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov tak mengonfirmasi. Tetapi, ia akan tetap mempertahankan hubungan militer Moskow dengan Damaskus yang merupakan sekutu lama.

"Bahkan, Moskow selalu menekankan bahwa telah terjadi dan tak ada embargo pada kerja sama militer. Tak ada batasan hukum pada (kerja sama) kami," kata Peskov.

Kementerian Pertahanan Rusia yang dihubungi melalui telepon juga menolak berkomentar langsung.

Hingga saat ini, Rusia mengoperasikan pangkalan Angkatan Laut di Tartus, sepanjang pantai barat Suriah. Pangkalan tersebut menjadi tempat berlabuh kapal perang, barak, dan gudang militer Rusia.

Pangkalan ini dibentuk berdasarkan perjanjian keamanan pada 1971. Moskow merupakan penyuplai untuk Angkatan Laut Rusia di Tartus.

Pekan lalu, Assad juga mengatakan menyambut rencana peningkatan kehadiran militer Rusia di pelabuhan Suriah.

Di Kuwait, pertemuan tentang krisis kemanusiaan Suriah digelar, Selasa (31/3). Dalam pertemuan itu, Kuwait berkomitmen untuk menyalurkan 500 juta dolar AS untuk meringankan krisis kemanusiaan Suriah. 

"Kami berjanji untuk menyalurkan 500 juta dolar AS dari pemerintah maupun swasta untuk membantu saudara kami," ujar pemimpin Kuwait, Emir Syeikh Sabah al-Ahmed al-Sabah.

PBB selaku penyelenggara pertemuan mengatakan, bantuan dibutuhkan untuk menolong 18 juta rakyat Suriah yang tengah menghadapi krisis. Hampir 80 pemerintahan dan puluhan lembaga donor hadir dalam pertemuan di Kuwait.

n ap/reuters ed; teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement