Senin 30 Mar 2015 15:00 WIB

Lee Kuan Yew Dimakamkan

Red:

Puluhan ribu orang berkumpul hingga membentuk sungai manusia sepanjang 15 km di sepanjang perjalanan Lee Kuan Yew menuju peristirahatan terakhir, Ahad (29/3). Lee meninggal 23 Maret lalu setelah menderita pneumonia.

Jasad pendiri Singapura itu terbaring di dalam peti yang terlindung kaca. Ia dibawa dari parlemen untuk menyusuri landmark kota dan menuju pusat budaya untuk menjalani prosesi pemakaman kenegaraan.

Sebelumnya, Lee ditempatkan di tribun Gedung Parlemen. Media lokal menyebut, lebih dari 1,5 juta orang mengunjunginya pekan ini sejak pria 91 tahun tersebut mengembuskan napas terakhir. Sedikitnya 850 ribu orang pergi ke lokasi untuk memberi penghormatan terakhir.

"Ayah hidup dan bernapaskan Singapura sepanjang hidupnya," kata Perdana Menteri Singapura Lee Hsein Loong yang juga anak tertua Lee, dikutip laman BBC.

Prosesi dimulai pukul 12.30 waktu Singapura yang ditandai dengan pelepasan jasadnya dari Gedung Parlemen diikuti tembakan penghormatan. Peti Lee dibawa perlahan diikuti iring-iringan PM, anggota keluarga lain, dan pejabat pemerintah. Sebanyak 21 tembakan dilesatkan ke udara, menggema di seluruh kota. Prosesi kemudian pindah ke distrik bisnis dan Tanjong Pagar yang merupakan tempat Lee mendedikasikan karier politiknya.

Jet militer melesat di udara sementara kapal angkatan laut Singapura mulai berlayar dari Marina Bay. Kontributor BBC mengatakan, kerumunan massa bersorak "Majulah Singapura" dan berteriak mengelu-elukan nama Lee Kuan Yew ketika peti mati itu melintas.

Lee tiba di pusat budaya di barat kota pada 13.30 untuk pemakaman kenegaraan. Tampak hadir mantan presiden Amerika Serikat Bill Clinton, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Indonesia Joko Widodo, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Perdana Menteri Australia Tony Abbott, dan Pemimpin House of Commons Inggris William Hague.

Meski hujan deras mengguyur Singapura sepanjang hari, masyarakat tampak tak goyah dari tempatnya untuk memberi penghormatan terakhir. Mereka menganggap Lee sangat berjasa bagi perkembangan tempat mereka bernaung saat ini. Setelah merdeka dari Inggris dan berpisah dari Malaysia, tangan dingin Lee membuat Singapura menjadi salah satu negara yang paling diperhitungkan di dunia. Selama 31 tahun menjabat, ia menaikkan pendapatan per kapita rakyatnya.

Ia dianggap sebagai arsitek kemakmuran bangsa dan membuat hubungan ras jadi harmonis. ''Dia melakukan semuanya untuk kita tanpa memandang ras, bahasa, dan agama,'' kata Jennie Yeo, seorang guru yang tiba pada pukul 7.00 pagi bersama kerumunan lainnya untuk melihat Lee. Meski demikian, kebijakan-kebijakan yang diambilnya termasuk otoriter dengan mengetatkan kendali atas masyarakat. Di bawah kekuasaannya, kebebasan berbicara dan pers diawasi ketat.

''Saya tidak mengatakan semua yang saya lakukan adalah benar, tetapi semua yang saya lakukan adalah untuk tujuan mulia,'' kata Lee kepada New York Times pada 2010. n ap ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement