Sabtu 14 Feb 2015 17:39 WIB

Gencatan Senjata Ukraina Terancam

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,KIEV-- Kesepakatan gencatan senjata di Ukraina timur terancam gagal. Pertempuran masih terus berlangsung hingga Jumat (13/2).

Pejabat militer Ukraina mengatakan, 11 tentaranya tewas dan 40 terluka dalam pertempuran yang berlangsung dalam 24 jam terakhir.

"Masih banyak pertempuran terjadi di Debaltseve. Wilayah tersebut telah diperebutkan dalam beberapa hari terakhir karena merupakan jalur transportasi utama," ujar juru bicara staf umum pasukan Ukraina Vladislav Seleznyov, seperti dikutip kantor berita Interfax, Jumat (13/2).

Di Kota Shchastya, dekat Luhanks, timur Ukraina, sedikitnya dua warga sipil tewas dan enam lainnya terluka dalam pengepungan yang dilakukan separatis pro-Rusia, Jumat pagi.

Menurut pejabat kota, Hennadiy Moskal, rentetan tembakan terjadi di sebuah kafe yang dipenuhi banyak orang. "Sistem pemanas di kota ini rusak, pembangkit listri juga, ter masuk suplai air besar. Jadi, apakah ini yang disebut persiapan untuk gencatan senjata," katanya mengeluh.

Sebelumnya, pada Kamis (12/2)

gencatan senjata disepakati antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Petro Poroshenko.

Kesepakatan yang ditengahi Jerman dan Prancis di Minsk itu akan berlaku efektif pada Ahad (15/2) dini hari.

Poroshenko mengakui, jalan perdamaian di negara itu masih cukup panjang. Ia tidak menjamin perjanjian yang disepakati sehari sebelumnya di Minsk, Belarusia akan sepenuhnya berlaku. "Tak ada satu pun yang memiliki keyakinan kuat kesepakatan damai yang di Minsk akan diterapkan seluruhnya," ujarnya, Jumat (13/2).

Terkait kesepakatan damai, Amerika Serikat meminta Rusia menarik tentara dan peralatan tempurnya. Gedung Putih juga meminta agar Rusia mengembalikan kewenangan untuk mengontrol perbatasan ke Ukraina. "Amerika Serikat sangat prihatin dengan eskalasi pertempuran hari ini yang tak konsisten dengan semangat perjanjian itu," ujar Gedung Putih dalam pernyataannya.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pada kantor berita Norwegia NTB bahwa Rusia harus mengakhiri dukungannya pada separatis. Senada dengan AS, ia juga meminta Rusia menarik pasukan dan peralatan militernya dari Ukraina timur.

Rusia selama ini membantah mempersenjatai para pemberontak dan mengirim pasukan untuk bertempur bersama separatis. Konflik Ukraina selama ini telah menewaskan lebih dari 5.000 orang sejak April 2014. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, pembicaraan damai di Minsk berlangsung sangat sulit dan emosional.

Kesepakatan itu, menurutnya, bisa menunda penerapan sanksi baru pada Moskow. rep: Gita Amanda ap/reuters, ed: Teguh Firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement