Ahad 01 Feb 2015 15:01 WIB

Bocah 8 Tahun Diinterogasi

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Lantaran menolak berkabung untuk menghormati korban serangan di kantor Charlie Hebdo, seorang bocah delapan tahun diinterogasi polisi Prancis.

Collectif Contre l'Islamophobie en France (CCIF), kelompok di Prancis yang menentang aksi anti-Muslim, mengungkapkan bahwa ayah dan anak tersebut terkejut saat polisi memanggil mereka untuk diinterogasi, Rabu (28/1) waktu setempat.

Ahmed (8 tahun) dituduh me nentang serangan terorisme terhadap kartun yang dibuat Charlie Hebdo. Tuduhan tersebut berawal dari laporan guru sekolahnya yang menyebut Ahmed menolak berkabung satu menit untuk menghormati korban serangan di kantor Charlie Hebdo.

Guru tersebut lantas menuding Ahmed justru mendukung kelompok bersenjata yang menyerang Charlie Hebdo. Sebelum dipanggil polisi, Ahmed sempat menceritakan ia diintervensi dan mendapat pelecehan psikologis di sekolahnya. Ia juga dilaporkan guru nya ke kepala sekolah dan ditanyai beberapa kali tentang Charlie Hebdo. `'Apakah kamu Charlie?" tanya kepala sekolah tersebut kepada Ahmed.

Namun, Ahmed tetap menjawab, "Jesuis Ahmed" (Saya Ahmed). Kepala sekolahnya marah dan mengambil insulin dari Ahmed yang menderita diabetes tersebut. Mendengar jawaban Ahmed, kepala sekolahnya langsung melaporkan Ahmed dan keluarganya ke polisi Nice St Augustin.

Ahmed dan ayahnya ditahan untuk dimintai keterangan.

Setelah dua jam diinterogasi polisi, ayah dan anak itu dibebaskan. Ahmed mengatakan, ia ditanyai polisi tentang terorisme. Namun, Ahmed dan ayahnya selalu mengatakan tidak tahu. Seusai diinterogasi, ayah Ahmed mengatakan, anaknya sangat tertekan dengan peristiwa penyerangan di Charlie Hebdo.

Selain itu, Ahmed trauma untuk pergi ke sekolah. Bahkan, ia mengalami gangguan tidur dan tingkah lakunya berubah.

CCIF masih mempertanyakan, bagaimana mungkin anak berusia 8 tahun paham dengan yang diucapkannya. Ia hanya kukuh dengan predikatnya sebagai Muslim, bukan teroris. CCIF juga mengingatkan, otoritas publik tentang Charlie Hebdoselalu menjadi dasar permasalahan penangkapan anak 8 tahun oleh polisi Prancis.

CCIF meminta guru dan polisi yang menangani kasus ini bertanggung jawab terhadap kondisi Ahmed yang tidak stabil.

CCIF menyebutkan, Muslim di Eropa sedang mendapat tekanan sejak penyerangan di kantor Charlie Hebdo yang menewaskan 17 orang, termasuk dua orang Muslim.

The National Observatory Against Islamophobia mengatakan, lebih dari 100 insiden terjadi setelah serangan di Charlie Hebdo. Selama dua minggu terakhir, peningkatan insiden terjadi hingga 110 persen dibanding Januari 2014.

Mereka juga menyebutkan, seorang ayah Muslim Prancis ditikam sampai mati oleh tetangga di ru mahnya. Tentangga tersebut mengaku menikam pria malang tersebut sebagai pembalasan terhadap serangan di Charlie Hebdo. Selain itu, seorang imigran Eritrea juga di bunuh di Dresden, Jerman. Masjid di Swedia dan Jerman juga diserang sebagai bentuk pembalasan terhadap Charlie Hebdo.

Seluruh serangan yang mengatasnamakan Charlie Hebdo tersebut dikutuk oleh beberapa negara dan organisasi Islam dunia. Bagi mereka, penyerangan tersebut tidak dapat dikaitkan dengan Islam.

Video

Penyidikan kasus penyerangan Charlie Hebdo sendiri masih terus berlangsung. Seperti dilansir CNN, mengutip seorang pejabat intelijen AS, ada pelaku serangan yang sempat merekam aksinya itu dengan sebuah kamera.

Informasi itu didukung laporan Eric Pelletier, seorang wartawan bidang keamanan sebuah maja lah Prancis, L'Express, yang menuliskan bahwa Amedy Coulibaly sempat merekam aksi serangan. Disebutkan, durasi rekaman itu sekitar tujuh menit, termasuk kejadian ketika dia membunuh tiga orang.

Mengutip satu sumber terpercaya dalam penyidikan itu, Pelletier menuliskan bahwa Coulibaly mampu menggunakan komputer di kawasan itu untuk mengirim salinan video serangan itu lewat fasilitas surat elektronik.

Penyidik Prancis juga disebutkan telah menguji peranti komputer yang ada di sebuah toko yang diakses oleh Coulibaly. c02, ed: Endah Hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement