Senin 29 Dec 2014 15:00 WIB

Misi Pasukan Asing Selesai

Red:

KABUL – Pasukan internasional secara resmi menyatakan berakhirnya misi di Afghanistan. Pasukan AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menandainya dengan upacara di masing-masing markas mereka di Kabul, Ahad (28/12).

Ini juga menjadi masa peralihan tanggung jawab keamanan kepada 350 ribu tentara Afghanistan. "Kita telah melakukan apa yang harus dilakukan. Kita telah membuat Afghanistan lebih kuat," kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg, seperti dikutip Deutsche Welle, Sabtu (27/12).

Menurut dia, pengiriman pasukan tak hanya membuat Afghanistan lebih aman, tetapi juga negara-negara anggota NATO. Ia mengatakan, ini merupakan misi yang menantang, baik dari aspek ekonomi, politik, maupun militer. Tapi, semua tantangan itu terlewati.

Stoltenberg juga menegaskan, pasukan Afghanistan kelak mampu mengatasi Taliban. Secara terpisah, Presiden AS Barack Obama mengatakan, dalam hitungan hari, misi perang pasukan internasional berakhir.

NATO, di dalamnya termasuk AS, telah berada di Afghanistan selama 13 tahun, menyusul serangan gedung World Trade Center (WTC), AS pada 11 September 2001. Terdapat 140 ribu tentara yang diterjunkan ke Afghanistan.

Pada akhir Desember 2014 hampir seluruh pasukan ditarik dari Afghanistan. Sebanyak 3.500 tentara NATO kehilangan nyawa selama berperang melawan Taliban. Pada 1 Januari 2015 sebanyak 13.500 tentara, sebagian besar dari AS, tetap di negara itu.

Mereka bertugas memberikan pelatihan kepada pasukan keamanan Afghanistan. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani setuju pasukan asing masih berada di negaranya. Ghani masih memerlukan bantaun tentara asing untuk menghadapi serangan Taliban.

Warga Afghanistan mempunyai pandangan berbeda-beda mengenai hengkangnya pasukan NATO. Sebagian khawatir, keamanan kembali runyam setelah tentara asing pergi. "Selama 13 tahun terakhir kami melihat peningkatan,’’ kata Gul Mohammad, penjaga toko.

Menurut Mohammad, peningkatan itu terkait kebebasan berbicara, demokrasi, dan keadaan keuangan warga Afghanistan lebih baik. Ia ingin pasukan NATO tetap bertahan hingga pasukan Afghanistan kuat dan perekonomian semakin kuat.

Ia masih mengkhawatirkan soal keamanan karena korban sipil masih berjatuhan akibat serangan Taliban. Bahkan, pada Desember jumlah korban sipil diyakini bisa menembus angka 10 ribu orang. Bulan ini pun merupakan bulan mematikan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

Menurut Kepala European Union Police Mission in Afghanistan Karl Ake Roghe, jumlahnya 5.000 orang. Menurut laporan Aljazirah dari Kabul, ancaman utama di Afghanistan menjelang keluarnya pasukan asing adalah vakumnya keamanan dan ketidakstabilan politik.

Presiden Ashraf Ghani sampai saat ini belum membentuk kabinet pemerintahan. Mantan presiden Afganistan Hamid Karzai mengaku, dirinya cemas melihat keadaan Afganistan pascamundurnya pasukan NATO.

Menurut Karzai, Taliban tidak akan bisa dikalahkan lewat militer. "Negara kami tetap tidak aman," ujarnya. Ia juga mengkritisi keberadaan pasukan NATO yang sudah berada di negaranya selama 13 tahun.

Karzai menilai, misi pasukan NATO belum mampu memecahkan masalah utama di Afganistan, yakni keamanan. Tak hanya itu, NATO banyak menyebabkan warga sipil menjadi korban. Pada Jumat (26/12) hal itu terulang.

Tanpa sengaja, mereka menewaskan tiga warga sipil dalam sebuah insiden yang terjadi di wilayah Logar. Saat itu, warga sedang berdebat mengenai sengketa tanah. Tapi, pasukan NATO mengira, warga itu anggota Taliban yang mempersiapkan sebuah serangan.

Thomas Ruttig, salah satu direktur Afghan Analyst Network memiliki pandangan yang sama dengan Karzai. Misi pasukan NATO, kata dia, tak mampu menyelesaikan persoalan utama Afghanistan. Perang belum berakhir sebab NATO tak mampu melumpuhkan Taliban.

Sebaliknya, kekerasan masih menyebar di seantero Afghanistan. ’’Sejak 2010, tingkat kekerasan di Afghanistan malah lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya,’’ kata Ruttig. n c84/ap/reuters ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement