Jumat 31 Oct 2014 15:07 WIB

Ukraina Terancam tak Dapat Gas

Red:

BRUSSELS — Pembicaraan Rusia dan Ukraina mengenai sengketa gas buntu pada Kamis (30/10). Ukraina terancam tak memperoleh pasokan gas pada musim dingin ini.  Juru runding Rusia menuntut kepastian dari Uni Eropa (UE) menalangi dulu pembayaran utang gas Ukraina.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan, perundingan di Brussels, Belgia, dimediasi UE. Perundingan berlangsung sampai Rabu (29/10) tengah malam dan akhirnya terhenti. Tak ada kesepakatan yang tercapai terkait penyaluran gas Rusia ke Ukraina.

"Rusia bersedia bertemu kembali jika Ukraina dan UE mampu menyiapkan dana pembayaran gas," kata Novak. Hal tersebut sama disampaikan Alexai Miller, kepala perusahaan gas Rusia, Gazprom. Pejabat Ukraina dan UE belum menanggapi tuntutan Rusia.

Menurut Novak, dalam pembicaraan itu Ukraina mengaku telah membahas pembiayaan empat miliar kubik meter gas dengan UE dan Dana Moneter Internasional (IMF). Meski demikian, ia mengungkapkan, belum ada kepastian UE dan IMF membantu Ukraina membayari gas itu.

"Kami tak melihat adanya jaminan tertulis dari mereka. Jika ada uang, tentu ada gas," ujar Novak menegaskan. Sehari sebelumnya, Pemerintah Ukraina menyatakan sedang berusaha menghimpun dana dari berbagai sumber.

UE mempertimbangkan memberikan tambahan pinjaman. Kiev mengaku uang saja memang tak cukup. Menteri Keuangan Ukraina Oleksander Shlapak mengatakan bahwa Rusia mempunyai agenda lain. "Saya mempunyai kesan, Rusia memang tak ingin ada kesepakatan."

Juru bicara Komisioner Energi UE, Guenther Oettinger, membatalkan jumpa pers. Sebelum pembicaraan dimulai, ia ragu dengan hasilnya. Setelah ini, Maros Sefcovic akan menggantikan dirinya dalam pembicaraan Rusia-Ukraina selanjutnya.

Sebenarnya, telah tercapai kesepakatan harga yang akan dibayar Ukraina kepada Rusia, yakni 3,1 miliar dolar AS. Tapi, Rusia menghendaki Kiev membayar angsuran awal 1,6 miliar dolar AS.

Sejumlah kritik mengemuka. Rusia dianggap tak sekadar mempersoalkan pembayaran gas, tetapi berusaha memaksa Ukraina dan Barat mengikuti agenda politik Moskow. Rusia selama ini memperoleh sanksi ekonomi karena mendukung oposisi Ukraina.

Rusia memanfaatkan sengketa gas agar Barat menghentikan sanksi ekonomi tersebut. n ap/reuters rep: gita amanda ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement