Selasa 21 Oct 2014 16:00 WIB

Hong Kong Tuding Asing

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,HONG KONG — Kepala Eksekutif Hong Kong Leung Chun-ying menuding pihak asing terlibat dalam protes aktivisi prodemokrasi. Mereka ingin Cina tak menjadi penentu calon kepala eksekutif dalam Pemilu 2017 mendatang dan mendesak Leung mundur dari jabatannya.

“Jelas ada keterlibatan orang dan organisasi dari luar Hong Kong,” kata Leung dalam wawancara dengan sebuah televisi, Ahad (19/10). Namun, ia tak mengungkapkan negara mana yang ia tuduh terlibat dalam gerakan prodemokrasi di Hong Kong.

Menurutnya, gerakan aktivis yang disebut Occupy Central sudah di luar kendali, bahkan bagi orang-orang yang semula mendorong aksi massa untuk demokratisasi di Hong Kong. Pada Ahad (19/10), pengunjuk rasa kembali bentrok dengan polisi. Sebanyak 20 demonstran terluka.

Polisi memukul mereka dengan tongkat. Sebagian demonstran yang kena pukul polisi dilarikan ke rumah sakit. Mereka mengalami pendarahan di kepala, lebam, dan patah tulang. Sebanyak 22 polisi juga mengalami luka-luka.

Pada malam harinya, kerumunan massa terbentuk kembali. Massa yang sebagian besar mahasiswa menghimpun alat-alat pelindung, seperti helm. Sebagian dari mereka menggunakan tameng buatan guna menahan pukulan tongkat polisi.

Selain itu, polisi menahan lima orang. Satu di antaranya merupakan pelaku kampanye online yang mengajak orang bergabung dalam aksi massa di Distrik Mong Kok. Ia dianggap melakukan kejahatan dengan menghasut orang melawan pemerintah.

Kelompok obrolan di telepon genggam dan media sosial, seperti Facebook, banyak digunakan oleh aktivis prodemokrasi. Termasuk, menyerukan demonstrasi. “Polisi mengingatkan, jangan mengira internet tak terjamah hukum,” ujar pejabat polisi Hui Chun-tak.

Pada Senin (20/10) pagi, suasana Hong Kong tenang meski pengunjuk rasa tetap bertahan di jalan. Hari Selasa (21/10) ini, pemerintah menawarkan dialog kepada pengunjuk rasa. Tiap-tiap pihak diwakili lima orang. Dialog rencananya disiarkan langsung.

Banyak pihak pesimistis dialog membuahkan hasil memuaskan. “Saya tak terlalu berharap dari pertemuan itu, tetapi saya masih punya harapan,” kata Woody Wong, mahasiswa berusia 21 tahun yang bertahan di Jalan Nathan, Distrik Mong Kok.

Ia bersama rekan-rekannya akan bertahan di jalanan hingga pemerintah memenuhi semua tuntutan aktivis prodemokrasi. Leung masih menolak mundur. Menurutnya, perlu waktu lebih lama menyelesaikan persoalan yang ada.

“Untuk membuat solusi, perlu waktu. Kami butuh waktu berbicara dengan rakyat dan mahasiswa. Saya ingin melihat penyelesaian yang damai dan berarti,” ujar Leung. Hong Kong menerjunkan 28 ribu polisi menghadapi para demonstran.

Politikus prodemokrasi meminta pemerintah menggunakan kekerasan dalam menghadapi pengunjuk rasa. Mereka beralasan, kekerasan justru bisa jadi penghalang dialog antara dua belah pihak. “Menggunakan polisi untuk membersihkan area unjuk rasa hanya akan membuat gelombang protes baru,” kata anggota parlemen Alan Leong. n reuters ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement