Jumat 03 Oct 2014 16:00 WIB

Separatis Kepung Bandara Donetsk

Red:

KIEV — Pasukan separatis Ukraina kembali mengerahkan senjata untuk mengambil alih bandara Donetsk. Dalam beberapa pekan terakhir mereka berusaha menguasai bandara itu, membuat gencatan senjata yang dicapai pada 5 September lalu semakin suram.

"Oposisi mulai melakukan serangan pada Rabu (1/10),"  ujar seorang pejabat militer Ukraina, seperti dilansir BBC, Kamis (2/10). Pasukan pemerintah kemudian membalasnya pada Rabu malam. Namun, ini belum berakhir.

Sebuah laporan menyebutkan, pemerintah telah kehilangan kendali atas bandara itu. Menurut pemimpin oposisi di Donetsk, Alexander Zakharchenko, pihaknya berhasil menguasai 90 persen fasilitas penerbangan itu.

Namun, pejabat pemerintah membantahnya. Mereka menegaskan, bandara masih dalam kendali pemerintah. Di sisi lain, separatis yang memperoleh dukungan Rusia menggunakan tank, sistem peluncur roket, artileri, dan mortir menyerang lagi, Kamis (2/10) pagi.

Lebih dari 3.500 orang tewas selama konflik antara pasukan pemerintah dan separatis. Konflik bermula pada April 2014. Dalam percakapan telepon, Rabu (1/10), Kanselir Jerman Angela Merkel meminta Presiden Rusia Vladimir Putin bertindak lebih banyak.

Mestinya, Putin menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan gerakan separatis Ukraina. Rusia memiliki tanggung jawab besar atas konflik di Ukraina. "Gencatan senjata yang telah disepakati sebaiknya dihormati," kata Merkel.

Merkel mendesak Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE) memantau perbatasan Rusia-Ukraina. Ia juga meminta OSCE berperan baik dalam pelaksanaan pemilu lokal di Donetsk dan Luhansk dalam waktu dekat ini.

Donetsk dan Luhansk dikenal sebagai wilayah kekuasaan kelompok separatis. Baik Merkel maupun Putin mengungkapkan, kekerasan di Ukraina masih berlangsung setiap hari. Pemerintah Rusia menyatakan, pembicaraan melalui telepon itu inisiatif Jerman.

Merkel dan Putin membahas pentingnya penarikan senjata berat oleh kedua belah pihak.Putin menekankan perlunya mencegah lebih banyak serangan ke warga sipil. Selain itu, mereka berharap sengketa gas antara Rusia dan Ukraina segera diselesaikan. rep:lida puspaningtyas/ap/reuters ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement