Senin 22 Sep 2014 13:00 WIB

Pasukan Kurdi Masuki Suriah

Red:

DAMASKUS — Pasukan Kurdi yang berada di Turki menyeberang ke Suriah, Sabtu (20/9). Lebih dari 300 personel bersenjata itu membantu memukul mundur Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dari puluhan desa yang berhasil mereka kuasai.

"Mereka menyeberang pada malam hari. Jumlahnya lebih dari 300 orang," kata Direktur Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) Rami Abdulrahman. Mereka bergabung dengan pasukan Kurdi di Suriah yang bertempur melawan ISIS.

Pasukan Kurdi mempunyai basis di sebuah kota bernama Ayn al-Arab atau Kobani dalam bahasa Kurdi. Masuknya pasukan Kurdi ke Suriah ini merupakan respons atas mengalirnya 60 ribu warga Kurdi dari Suriah ke Turki. ISIS menguasai puluhan desa yang mereka huni.

Menurut komandan pasukan Kurdi di Ayn al-Arab, Esmat al-Sheikh, kontak senjata antara pasukannya dan ISIS terjadi pada Sabtu di wilayah utara dan timur.

Pengungsi Kurdi memasuki Turki selama 24 jam dari Jumat (19/9) hingga Sabtu (20/9). Seorang komandan pasukan Kurdi menyatakan, ISIS berada dalam jarak 15 km dari Ayn al-Arab. Ia mengkhawatirkan terjadinya pembantaian massal di kota itu.

Menurut Lokman Isa, petani berusia 34 tahun, ia bersama 30 keluarga lainnya mengungsi setelah pasukan ISIS memasuki desanya, Celebi. Mereka menyandang senjata berat. Pasukan Kurdi yang melawan pasukan ISIS itu hanya bersenjata ringan.

"ISIS menghancurkan setiap tempat yang mereka datangi. Kami melihatnya di Sinjar, Irak. Kami ketakutan dan memutuskan untuk mengungsi," kata Isa. Ia menempati tenda pengungsian milik Turki yang berada di Kota Suruc. 

Abdullah Shiran (24), seorang insinyur, menggambarkan rasa takut warga desanya terhadap ISIS. Ia tinggal di Desa Shiran yang berjarak 10 km dari Ayn al-Arab. ISIS datang dan menyerang. "Mereka membunuh banyak orang dengan memenggalnya."

Mustafa Saleh, pekerja pabrik air, meminta AS, Turki, Rusia, dan negara lainnya membantu warga Kurdi. Mereka mestinya membombardir ISIS. Hal yang hanya dapat dilakukan ISIS adalah memenggal kepala orang. Mereka tak ada kaitannya sama sekali dengan Islam.

Tentara Turki mengawasi para pengungsi yang masuk wilayahnya. Mayoritas adalah perempuan yang membawa buntelan di atas kepalanya. Ribuan orang masih menunggu untuk menyeberang dari perbatasan hingga Sabtu (20/9) malam.

Wali Kota Suruc Orhan Sansal menggambarkan situasinya kacau. Bantuan datang, tetapi akomodasi menjadi masalah. Sebagian pengungsi tinggal dengan saudaranya dan aula pernikahan sedangkan lainnya berada di masjid dan gedung pemerintah. rep:ani nursalikah/ap/reuters ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement