Ahad 21 Sep 2014 14:00 WIB

Jerman Menyambut Pengungsi

Red: operator

Tak terbayang dalam benak Assrien, gadis belia berusia 12 tahun, ia akan meninggalkan tanah kelahirannya di Al Malikiyah, sebuah daerah di Timur Laut Suriah.Ia harus menempuh ribuan kilometer dari tanah kelahirannya hanya untuk mencari perdamaian.

Assrien kini bisa tersenyum dan lepas bermain bola bersama anak-anak di Distrik Reinickendorf, Berlin, Jerman. Lima bulan sudah Assrien mengirup udara Jerman. Kini, ia bisa sejenak melupakan tragedi di kampung halamannya. Warga Jerman menyediakan fasilitas dan memberi keramahan yang membuat para pengungsi Suriah seperti Assrien nyaman.

Sebuah permukiman disediakan khusus oleh pemerintah dan warga Reinickendorf. Lingkungan ini dilengkapi dengan pusat olahraga, taman bermain, dan kedai makanan. Tak ketinggalan, slogan-slogan seperti "Tidak ada yang ilegal" dan "Selamat Datang Pencari Suaka" juga menghiasai wilayah Berlin.

Kampanye untuk menyambut para pengungsi juga diwujudkan dalam kelas-kelas keterampilan, bahasa, dan olahraga bagi para pengungsi.

Sambutan ini membuat banyak pencari suaka, terutama dari Suriah, berduyun-duyun menuju Berlin. Mereka tak hanya mendapat hak untuk tinggal, tetapi juga beraktivitas layaknya penduduk lokal.

Pendiri kelas Bahasa dan Olahraga, Kein Abseits!, Gloria Amoruso mengatakan, pengungsi adalah manusia yang memiliki hak hidup di mana saja. Lembaganya menggunakan sepak bola sebagai alat untuk mempersatukan warga lokal dan peng ungsi. "Sepak bola membuat pengungsi bukan orang pinggiran," paparnya. Pekan lalu, lembaganya baru menggelar kursus sepak bola pertama bagi anak-anak perempuan pengungsi.

Amoruso yang juga pencari suka saat masa kecilnya mengaku merasakan bagaimana kondisi Assrien dan ribuan pengungsi Suriah lainnya. "Anda seperti bukan bagian dari siapa-siapa dalam kondisi itu," paparnya.

Assrien sendiri mengaku senang dengan sepak bola. Saat di Suriah, ia mengaku mencuri waktu untuk bermain sepak bola bersama temantemannya. "Aku suka Jerman, tapi tidak dengan makanannya," ungkapnya polos.

Amoruso menyebut program untuk anak-anak pengungsi sangat penting. Selain menyembuhkan trauma psikis, biasanya anak-anak lebih cepat belajar bahasa Jerman. "Mereka akan menjadi penerjemah yang baik untuk orang tuanya," kata Amoruso.

Penduduk lokal Berlin mendukung penuh langkah yang dilakukan Amoruso dan kawan-kawan.Oliver Wolters, seorang desainer muda yang tinggal di Reinickendoft, menyebut tak ada alasan bagi pemerintah untuk menolak para pengugsi. "Kami pernah menderita saat diperintah rezim fasis. Sekarang kita harus menyambut orang-orang yang membutuhkan," katanya.

Tahun lalu, Jerman adalah negara Uni Eropa yang mendapat aplikasi terbesar permintaan suaka. Tak kurang, 127 ribu permintaan tinggal dari pengungsi dilayangkan ke Jerman.

Meski Jerman adalah negara dengan izin suaka terbesar kedua setelah Swedia, para kritikus menganggap pemerintah tak cukup kuat menampung para imigran.

Dua tahun lalu, sekitar dua puluh pencari suaka berjalan ratusan mil dari Wurzburg ke Berlin. Mereka mendirikan sebuah kamp protes di Oranienplatz, daerah yang dikenal sebagai rumah para imigran. Para imigran yang menggelar protes akhirnya dibubarkan paksa kepolisian setempat.

Pihak oposisi pemerintah selalu menggunakan isu Oranienplatz untuk menyerang kebijakan suaka pemerintah.Namun, keramahan penduduk Jerman tidak sepenuhnya direspons baik para imigran. Ibrahim, misalnya, pemuda berusia 22 tahun ini risih dengan spanduk yang menuliskan perhatian kepada pengungsi. "Saya tidak suka simpati berlebihan,"

ungkapnya.

Ibrahim berasal dari Niger, Afrika.Ia menuju Jerman melewati Libya dan menyeberang ke Italia. Ia termasuk orang yang berdemonstrasi di Oranienplatz sebelum dipaksa pindah oleh kepolisian. Ibrahim menyebut per hatian orang Jerman terhadap imig ran dibuat-buat. "Mereka tidak per nah suka orang kulit hitam," ungkap Ibrahim. Ia sendiri mengatakan, ti dak ada peluang pekerjaan bagi imig ran sepertinya di Jerman. reuters , ed:hafidz mufisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement